Pernah nggak kita punya teman yang kelihatan ramah dan asik banget ketika komunikasi di chat tapi sangat pendiam dan "garing" ketika ngobrol langsung? Atau pernah nggak ketika kita menelepon teman jarang diangkat, tapi kalau chat WhatsApp langsung cepat respon membalasnya?
Seringkali kita punya teman dengan karakteristik demikian. Ramah di pesan teks tapi sangat pendiam ketika berbicara langsung. Atau jangan-jangan kita sendiri juga seperti itu?
Kalau teman kamu atau kamu sendiri merasa lebih nyaman saat berkomunikasi melalui pesan teks ketimbang berkomunikasi bicara langsung, bisa jadi kalian termasuk dalam orang-orang yang punya kepribadian textrovert.
Apa itu Textrovert?
Masih belum terlalu familiar memang di telinga. Kalau selama ini kita hanya mengenal ekstovert dan introvert, nah di era serba modern ini sudah ada istilah textrovert yang menggambarkan karakter seseorang yang lebih nyaman berkomunikasi melalui pesan teks daripada berbicara langsung.
Tidak ada yang tahu pasti kapan textrovert ini mulai muncul dan berkembang, namun beberapa sajian teoritisnya dapat dijumpai di novel Textrovert, karya penulis Lindsey Summers, yang banyak menceritakan fakta tentang seorang textrovert.
Meski bukan istilah baku dan formal dari kamus psikologi ataupun sosiologi, namun textrovert sudah menjadi istilah yang jamak di kalangan generasi saat ini.
Seseorang yang punya kepribadian textrovert cenderung malas dan enggan untuk berbicara langsung. Mereka lebih memilih pesan teks sebagai media komunikasi mereka. Dengan pesan teks, mereka bisa menuangkan apa saja yang ingin disampaikan dengan lancar ketimbang berbicara langsung.
Maka tak heran, si textrovert biasanya terlihat sangat ramah dan antusias ketika sedang chat, namun seketika berubah menjadi pendiam dan kaku saat bertemu langsung. Tentu saja ini akan menjadi polemik dan rentan kesalahpahaman jika kita tidak memahami kepribadian textrovert tersebut.Â
Pasti yang ada di benak kita terlintas anggapan-anggapan bernada negatif, seperti "dia kenapa ya?" "apa dia lagi marah ya?" "kok dia gak seramah pas di chat wa ya?" "apa ada yang salah dengan ucapanku?" dll. Akibatnya, komunikasi akan menjadi kaku, hambar, dan serba canggung.