Pak Tupai terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ribut di luar rumah pohonnya. Ia mengintip dari balik jendela, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Betapa terkejutnya ia saat dilihatnya beberapa pohon telah bertumbangan oleh mesin penebang pohon. Beberapa manusia tampak sibuk mengatur dan memilah-milah pohon mana lagi yang akan ditebang duluan.
Pak Tupai mulai panik. Ia takut jika pohon tempat rumahnya berdiri jadi sasaran penebangan berikutnya. Pak Tupai mondar-mandir memikirkan cara bagaimana agar rumah pohonnya selamat dari ulah manusia-manusia itu.
"ah, aku tidak boleh tinggal diam! aku harus mencari cara agar mereka tidak menebang pohon lagi dan menghancurkan rumahku!" gumam pak Tupai
"Tapi, bagaimana caranya?" Pak Tupai semakin gelisah.
Kemudian pak Tupai melompat ke pohon di sebelahnya dengan lincah. Pak Tupai mendatangi rumah ibu burung yang sedang memberi makan anak-anaknya.
"Ibu burung, ibu burung dengar kan suara mesin penebang pohon itu?" tanya pak Tupai.
Ibu burung mengangguk, "Iya pak Tupai, aku mendengarnya... bagaimana ini pak Tupai ? kita akan kehilangan rumah kita jika pohon-pohon di hutan ini ditebang semua..."
Pak Tupai menaikkan alisnya, menandakan ia geram. Geram dengan ulah manusia yang semena-mena dan tak peduli dengan nasib kehidupan para hewan di hutan. Apalagi hewan yang memiliki rumah pohon, seperti Tupai, Burung, Kera dan Lebah. Jika pohon ditebang, maka roboh juga lah rumah mereka. Lantas, mereka akan tinggal dimana?.
"Kita tidak boleh menyerah Ibu Burung! Kita harus mencari cara agar manusia-manusia itu sadar dan menghentikan penebangan itu lagi..." Pak Tupai mengepalkan tangannya.
Tak seberapa lama, datanglah pak Kera dan pak Lebah. Mereka juga merasakan hal yang sama dengan pak Tupai dan ibu Burung. Mereka gelisah dan ketakutan jika harus kehilangan rumah akibat penebangan pohon yang dilakukan oleh manusia.
"Pak Tupai, apa yang harus kita lakukan ? kita akan kehilangan rumah!" kata pak Kera sedih.