Sudut bibirku telah lama kelu
untuk sekadar menyunggingkan senyum pun aku tak mampu
rasa hambar menguasai relung kalbu
menelusup hingga ragaku berulangkali membiru
aku tersungkur dalam terjangan kepiluan
tenggelam dalam arus kepedihan
aku terinjak-injak oleh kekuasaan
dan akhirnya hanya bisa terpekur di balik kebisuan
manusia hanyalah sama denganku yang kadang rapuh
kadang mengagungkan buliran peluh
tanpa sadar ia telah lama terbunuh
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!