Beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri nonton Aladdin di bioskop. Awalnya merasa biasa saja. Nggak seheboh ketika hendak menonton Avenger End Game. Tapi karena nggak ada pilihan lainnya, mau nggak mau Aladdin pun jadi pilihan. Setelah mengantri membeli tiket, barulah sedikit penasaran, pasalnya penontonnya ternyata membeludak ! bahkan, saya dan suami pun harus ikhlas mendapat kursi baris kedua dari depan.
Begitu film dimulai, langsung terasa aroma Walt Disney-nya. Mulai dari tata warna dan pencahayaannya, kostum warna warni yang dikenakan, setting lokasi yang khas sampai pada musik yang mengiringi. Sungguh, saya seperti disuguhi sebuah atraksi panggung musikal yang kreatif dan menggairahkan. Padahal, kalau boleh jujur, padatnya pemain figuran yang mewarnai film ini harusnya membuat mata lelah untuk menonton, tapi ini beda, justru hadirnya figuran yang ramai membuat setiap adegan di film ini terasa hidup.
Apalagi, film ini dibumbui dengan humor-humor segar kekinian namun dibawakan oleh tokoh lawas. Alhasil, berkesan lucu dan sangat menghibur. Pokoknya, menonton film Aladdin ini kita akan diajak untuk "berpetualang" pada zaman dahulu, dimana teko ajaib, permadani terbang dan jin menjadi bagian dari kisah yang melegenda.
Seru sekali menonton Aladdin ini. Sampai-sampai saya berupaya mencari tahu tentang lagu-lagu yang dinyanyikan didalamnya. Sungguh sebuah sajian film yang apik dan unik. Di antara film-film berat lainnya, Aladdin mampu memberi kesegaran dengan menampilkan rangkaian cerita yang ringan namun tetap menyenangkan.
Aladdin merupakan tokoh pemuda yang sangat piawai mencuri. Meski demikian, Aladdin selalu punya alasan baik dibalik perbuatannya. Ia ingin membantu mereka yang miskin dan kesulitan makan. Hasil mencurinya digunakan untuk menolong banyak orang. Dengan dibantu seekor monyet pandai, Aladdin nyaris tak pernah tertangkap dalam melancarkan aksinya.
Hingga suatu saat ia bertemu dengan seorang putri kerajaan yang sedang menyamar di keramaian pasar. Aladdin tak menduga jika wanita cantik itu adalah seorang putri kerajaan. Bahkan, ia pun mulai merasa jatuh cinta dengan wanita tersebut.
Bukan Aladdin namanya jika tidak cerdik dan banyak akal. Ia pun berusaha mendapatkan hati sang pujaan hati. Hingga pada akhirnya ia pun tertangkap oleh pengawal kerajaan dan baru mengetahui jika wanita yang dicintainya ternyata adalah putri Jasmin, putri kerajaan.
Akhirnya, Aladdin pun diberi penawaran oleh pengawal kerajaan, jika ia dapat memasuki goa dan mengambil lampu ajaib tanpa mencuri emas dan berlian yang menggunung di dalam goa, maka Aladdin dapat memiliki kesempatan untuk bertemu putri Jasmin. Tawaran itu pun diterima oleh Aladdin.
Masuklah Aladdin ke dalam goa dan berusaha meraih lampu ajaib. Dengan penuh perjuangan dan pengorbanan, akhirnya ia pun mendapatkannya. Bahkan, karena suatu hal lampu ajaib yang berusaha diusapnya karena kotor tiba-tiba mengeluarkan asap tebal dan berbentuk jin. Jin pun memberikan kesempatan pada Aladdin untuk menentukan 3 permintaan, dimana salah satunya adalah ingin memiliki Putri Jasmin dengan berubah menjadi Sultan. Jin mengabulkan. Dirubahlah Aladdin yang kumal dan dekil menjadi sosok Aladdin yang bertahta kekayaan. Aladdin menjelma menjadi seorang Sultan bernama Ali.
Selanjutnya bisa ditebak. Akan begitu banyak adegan musikal dan kekonyolan-kekonyolan yang muncul. Saya saja sampai terbahak-bahak menontonnya. Apalagi saat Will Smith memerankan tokoh Jin yang sangat kocak.
Masih bersandar pada kisah klasik yang berujung bahagia, dimana pada akhirnya Aladdin pun berhasil menikah dengan Putri Jasmin dan Jin juga berhasil terbebaskan dan menikah dengan dayang putri Jasmin hingga memiliki anak (cikal bakal awal cerita film ini). Sementara pengawal kerajaan yang berhati jahat ingin menguasai tahta kerajaan harus masuk ke dalam lampu ajaib untuk ratusan tahun lamanya.