Sedangkan di Kabupaten Serdang Bedagai, SMP Negeri 1 Pantai Cermin lah yang menjadi pelopor teknik Biopori. Besar harapan, sekolah ini dapat menjadi leading sector dan agent of change bagi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai untuk perubahan menuju masyarakat yang berbudaya lingkungan.
Bagaimana Membuat Biopori ?
Lubang resapan Biopori dapat dibuat secara sederhana dan mandiri oleh seluruh masyarakat. Peralatan yang diperlukan pun tidak banyak, hanya alat bor Biopori, pipa Biopori dan penutupnya serta sampah organik dan air. Bahkan, di masa sekarang juga telah dijual peralatan khusus Biopori sehingga lebih memudahkan masyarakat jika ingin membuat teknik Biopori.
Sebelum memulai membuat lubang resapan Biopori, sebaiknya ditentukan dahulu lokasi yang akan digunakan untuk membuat lubang resapan Biopori. Sebaiknya Biopori dilakukan di area terbuka yang paling sering terkena tumpahan air hujan, seperti pekarangan rumah, sekitar pepohonan, lapangan perkantoran, lahan area parkir, dll.
Setelah mendapatkan lokasi yang tepat, maka proses pembuatan Biopori dapat diawali dengan membasahi lokasi dengan air agar tanah lebih lunak sehingga mudah untuk di bor / dilubangi. Selanjutnya, lubangi tanah dengan bor Biopori secara tegak lurus dengan kedalaman sekitar 80 -- 100 cm dengan diameter 10 -- 30 cm. Kemudian lanjutkan dengan melapisi lubang tersebut dengan pipa Biopori. Â Setelah pipa Biopori terpasang dengan sempurna, isi lubang dengan sampah organik yang telah disediakan. Pada akhir pembuatan, tutup lubang dengan penutup pipa Biopori.
Biopori dan Upaya Pelestarian Air
Teknik Biopori sangat membantu dalam upaya pelestarian lingkungan, termasuk pelestarian air. Memiliki kelebihan mudah dibuat dan sangat sederhana, teknik Biopori dapat menjadi salah satu alternatif yang bisa diandalkan serta dikampanyekan lebih luas guna mendukung pelestarian lingkungan.
Air sebagai sumber utama kehidupan merupakan ujung tombak dari tujuan pelestarian lingkungan itu sendiri. Tanpa adanya usaha melestarikan air, maka besar kemungkinan bumi akan kehilangan sumber kehidupan utamanya. Terbukti, beberapa dekade terakhir, kita banyak mendengar dan menjumpai (atau bahkan mengalami sendiri) fase-fase kekeringan melanda di suatu daerah, dimana air bersih menjadi sesuatu yang langka. Akibatnya, hutan menjadi kering kerontang, tanaman dan hewan mati, manusia kehausan dan tidak dapat beraktifitas normal, sampai pada melonjaknya harga air bersih. Keadaan demikian akan meningkatkan kerentanan terhadap berbagai bahaya atau bencana lainnya seperti kebakaran hutan, terganggunya ekosistem, tanah longsor dan wabah penyakit.
Demikianlah, manfaat dari Biopori bagi upaya pelestarian air dan lingkungan. Semoga untuk masa yang akan datang, baik pemerintah maupun pegiat lingkungan bersama-sama dapat melakukan sosialisasi dan edukasi secara menyeluruh kepada masyarakat luas tentang teknik Biopori ini, agar kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap pelestarian air dan lingkungan dapat lebih ditingkatkan melalui pembuatan lubang resapan Biopori.