Esok pagi, setelah sholat Subuh, aku bersiap untuk berangkat sholat ied di masjid yang tak jauh dari rumah. Tentu saja di hari yang istimewa, aku dan keluarga juga mengenakan pakaian yang terbaik dan tak lupa wangi-wangian. Semua itu adalah salah satu ungkapan rasa syukur karena masih diberikan kesempatan untuk menikmati hari raya idul fitri setelah berpuasa selama bulan ramadan.
Setelah menunaikan sholat ied, kami biasanya pulang ke rumah terlebih dahulu dengan melewati jalan yang berbeda dari jalan ketika kami berangkat. Seperti diungkapkan dalam  hadist yang diriwayatkan Bukhori, Jabir berkata, " Jika hari raya Ied tiba, Nabi Muhammad biasa menempuh jalan lain (ketika berangkat dan pulang)".Â
Hikmahnya, dengan melewati jalan yang berbeda kita akan dapat bertemu dengan lebih banyak orang untuk bersilahturahmi. Namun, ada yang mengibaratkan dengan jalan yang berbeda maka diharapkan menjadi simbol kembali suci.
Begitu sampai di rumah, biasanya kami saling sungkeman. Saling memohon maaf dan memberi maaf. Ritualnya dilakukan dimulai dari yang paling muda hingga yang paling tua. Selain itu juga antara suami dan istri. Saling sungkem dan saling peluk. Selain saling bermaafan, juga bermakna penuh kasih sayang. Begitulah sejatinya Islam, ajarannya adalah saling memaafkan dan mengasihi.
Begitu momen penuh haru, saling bermaafan selesai, kami langsung berhamburan menuju meja makan. Menikmati berbagai macam hidangan istimewa hari raya. Mulai dari lontong, opor ayam, rendang, sambal kentang, dll. Acara sarapan bersama-sama ini sungguh terasa nikmatnya. Sebuah suasana kebersamaan yang mungkin hanya ada di momen hari raya idul fitri.
Acara berikutnya, setelah tenaga dan stamina telah penuh oleh hidangan istimewa, maka biasanya kami melanjutkan ritual tradisi berkeliling dan bersilahturahmi mulai dari yang terdekat sampai yang terjauh. Aktifitasnya masih sama, bersalaman dan saling bermaaf-maafan plus salam tempel juga.Â
Untuk acara ini jangan lupa untuk tetap menjaga kesehatan dan stamina ya, sebab biasanya inilah momen yang paling lama dan cukup menguras stamina. Ingat juga bagi yang punya kolesterol, harus bisa menahan diri memakan semua hidangan hari raya. Jangan sampai kalap dan berlebihan.
Hari pertama lebaran cukup melelahkan namun juga membahagiakan. Karena itulah, kami berupaya untuk total istirahat pada malam hari agar esok hari, di hari lebaran kedua dapat fresh kembali.
Hari kedua lebaran, kami cukup di rumah saja. Tujuannya adalah menanti sanak saudara dan kerabat yang hendak datang bersilahturahmi. Di hari kedua ini biasanya kami menyebut open house untuk kalangan keluarga dekat saja. Dan tentu saja, kami harus menyediakan hidangan yang lebih banyak karena tamu yang datang juga tidak sedikit.
Nah, setelah melewati hari kedua lebaran, boleh lah sedikit bernafas lega. Yang jelas tamu-tamu sudah tak banyak lagi. Bisa bersantai-santai sejenak, sekadar rehat. Hari ketiga ini, kami biasanya mengisi waktu dengan refreshing sejenak ke tempat wisata bersama keluarga. Tak harus jauh-jauh, yang penting bisa bersukacita bersama keluarga sekaligus mengisi momen liburan anak-anak agar tak jenuh di rumah saja.
Demikianlah beberapa tradisi dan kebiasaan aku dan keluarga di momen hari raya idul fitri. Â momen idul fitri adalah momen penuh maaf. Tak lupa kami mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin untuk kompasiana dan semua kompasianer. Semoga di hari nan fitri ini kita senantiasa diberi keberkahan dan ampunan oleh Allah SWT. Sungguh Islam itu indah bukan ?