Saat jelang akhir ramadan, biasanya ada perasaan yang bercampur aduk di dalam hati. Bahagia karena telah melewati ramadan dengan lancar. Namun sedih juga karena itu artinya kita akan berpisah dengan ramadan kali ini. Tentu begitu banyak kisah dan cerita yang terangkai selama sebulan berpuasa ramadan. Dan ini akan menjadi hal yang sangat dirindukan ketika ramadan telah berlalu.
Kalau ditanya bagian ramadan mana yang paling dirindukan, rasanya semua yang ada di ramadan pasti dirindukan ya. Mulai dari persiapan memasuki bulan ramadan, menjalani ibadah di bulan ramadan sampai menjalankan tradisi jelang lebaran. Semua memiliki kesan dan kisah tersendiri. Yang jelas, suasana ramadan menjadi sesuatu yang sangat istimewa yang tidak akan dijumpai di bulan-bulan selain bulan ramadan.
Tidak dapat dimungkiri, kekhasan suasana dan tradisi di bulan ramadan menjadikan momen ini sangat dinanti-nanti setiap tahunnya. Kemeriahan yang disajikan oleh semua kalangan semakin menambah syahdu dan indahnya bulan ramadan. Mulai dari acara televisi yang menyajikan tayangan berbau ramadan hampir 24 jam, pusat-pusat keramaian berhiaskan pernak-pernik ramadan, segala bentuk aktifitas bertema ramadan sampai munculnya kebijakan-kebijakan pemerintah tentang menyambut ramadan dan lebaran.
Antusiasme menyambut ramadan yang begitu tinggi dari seluruh kalangan masyarakat menjadikan ramadan menjadi salah satu momen terbesar di negeri ini. Ramadan bukan lagi hanya sekadar berbicara umat muslim semata tapi juga tentang bagaimana toleransi yang "hidup" antar umat beragama lainnya. Jadi, tak salah jika dikatakan bahwa bulan ramadan adalah bulan kebaikan dan bulan yang penuh dengan keberkahan bagi semuanya.
Saya sendiri sangat terkesan dengan hampir seluruh rangkaian momen di bulan ramadan. Saya lebih khusyuk dalam beribadah di bulan ramadan, saya bersemangat untuk menjalani sunnah di bulan ramadan, saya menikmati tradisi-tradisi ramadan yang ada mulai dari berburu takjil, ngabuburit, bukber, beli baju baru, mudik, salam tempel, menyiapkan kue-kue lebaran, sahur bersama, dll dan saya juga sangat bersukacita dengan adanya kebijakan pemerintah, mulai dari jam kantor yang lebih cepat, libur lebaran dan cuti bersama yang cukup panjang sampai memperoleh THR dengan nominal yang meningkat. Selain itu, saya juga sangat bahagia karena di bulan ramadan kita belajar untuk melepas ego, saling memaafkan satu sama lain, kembali ke fitrah.
Semua keseruan itu hanya ada di bulan ramadan, dan saya sangat menikmati setiap momen tersebut dan pastinya akan merindukannya. Merindukan kedatangan bulan ramadan di tahun-tahun berikutnya.
Dan khusus di tahun ini, ramadan saya juga semakin menggairahkan karena saya mendapat tantangan dari kompasiana untuk menuliskan kisah tentang ramadan selama sebulan penuh dengan tema yang berbeda-beda setiap harinya. Tentu saja ini menjadi cerita tersendiri di bulan ramadan saya. Ternyata, selain meningkatkan ibadah, momen bulan ramadan juga dapat semakin meningkatkan kreatifitas dan produktifitas. Terbukti, puasa tidak menghalangi kita untuk tetap aktif dan kreatif beraktifitas.
Namun, meski demikian, dengan berlalunya bulan ramadan tahun ini kita berharap dapat lebih meningkatkan diri dalam segala hal kebaikan. Ramadan boleh berlalu, namun kebaikan dan keberkahannya semoga senantiasa kita rasakan di bulan-bulan berikutnya. Jadikan ramadan bukan saja menjadi bulan yang dirindukan kedatangannya, tapi juga jadikan ramadan menjadi semangat untuk aktifitas sehari-hari seolah-olah ramadan tetap selalu ada mengiringi langkah kita. pada akhirnya, ramadan boleh berlalu, tapi tidak dengan semangat kebaikan dan keberkahannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H