Sosok inspirasiku di bulan ramadan sudah pasti mama. Mama adalah sosok perempuan yang paling greget kalau sudah tiba bulan ramadan. Ia tak pernah putus puasa, tarawih sampai tadarus di masjid yang kebetulan tak jauh dari rumah. Bukan hanya itu, hebatnya mama tak pernah telat bangun untuk menyiapkan makan sahur kami sekeluarga. Saat berbuka pun, meja makan tak pernah kosong oleh masakan mama yang nikmat dan punya citarasa tersendiri.
Entah kekuatan dari mana yang dipunyai mama. Padahal usianya sudah cukup sepuh tapi mama masih terlihat enerjik, sehat dan selalu ceria. Tak pernah kudengar mama mengeluh meski aku yakin mama juga merasakan lelah yang teramat sangat. Karena mama memang mengerjakan semua pekerjaan rumahtangga sendiri, tidak menggunakan jasa pembantu. Itu saja ? belum ! mama juga sangat telaten merawat nenek dari bapak kami atau mertua mama yang sudah lanjut usia dan kerap sakit-sakitan karena faktor usia. Sekali lagi, aku tak pernah melihat mama mengeluh apalagi menyesali keadaan. Sama sekali tidak pernah. Yang ada, malah mama selalu menampilkan keceriaannya. Mama selalu tersenyum. Mama senantiasa ramah pada semua orang. Dan mama adalah orang yang luar biasa sabar dan ikhlas menjalani semuanya.
Mama adalah sosok inspirasiku dan yang paling kurindu terutama di bulan ramadan. Sejak berumahtangga, aku harus mengikuti suami di perantauan yang jaraknya sangat jauh dari kehadiran mama. Dan hal itu sungguh membuatku merasa sangat merindukan mama. Rindu masakan mama. Rindu kehebohan mama menyambut ramadan dan hari raya. Rindu juga suara merdu mama melantunkan ayat suci Alqur'an. Pokoknya, ramadan di dekat mama akan terasa lebih hangat, tenang, nyaman dan nikmat.
Mamaku adalah seorang ibu rumahtangga biasa. Tapi ketulusan dan cinta kasih yang ia miliki membuatnya menjadi sosok yang luar biasa. Mama juga bukan pribadi yang cengeng dan manja. Meski tak pernah bekerja, tapi mama sangat mandiri, terutama dalam mengelola manajemen rumah tangga. Sampai sekarang, aku tak pernah melihat mama merengek-rengek tentang suatu hal baik kepada Bapak maupun pada kelima anaknya. Kalau mama menginginkan sesuatu dan belum bisa terpenuhi, mama legawa. Kalau mama rindu anak-anaknya namun belum bisa bertemu, ya mama tetap sabar menunggu. Kalau aku lama tak menelpon mama, mama tak pernah marah dan selalu berpikir positif. Luar biasa bukan ?
Mamaku tak mengenal media sosial namun sama sekali tak mengurangi kehebatannya. Bagiku, mama hebat di dunia nyata bukan dunia maya. Dan itu sudah membuatku sangat bangga kepadanya.
Sulit untuk bisa mengimbangi kesabaran, ketulusan, ketelatenan, kepedulian dan keikhlasan mama sebagai seorang ibu kepada anak-anaknya. Bahkan, mungkin predikatku sebagai ibu saat ini tidak sesabar mama, tidak setelaten mama dalam merawat anak-anak. Aku masih suka mengeluh lelah, Aku masih belum bisa memiliki banyak waktu untuk anak-anak, dsb.
Tapi, semangat mama dan doa doa mama membuatku selalu bersemangat dalam menjalani hidup. Setiap pesan mama seperti menjadi cambuk dan melecutku untuk selalu tulus dan ikhlas dalam melakukan apapun. Bukan hanya itu, mama juga dapat menjadi sugesti positif bagiku. Apalagi setelah aku menelpon mama, pasti pikiran jadi lebih tenang dan hati lebih tenteram, sehingga kembali bersemangat beraktifitas.
Aku berharap segera dapat bertemu mama. Merasakan pelukan mama. Menikmati santapan lezat ala mama. Semoga ramadan demi ramadan mama senantiasa diberi kesehatan yang baik. Â Jika kata Dilan rindu itu berat, maka mungkin rindu terberat itu adalah rindu mama, sosok inspiratif ramadanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H