Ketahuilah, bahwa negeri ini bukan negeri "kemarin sore" yang meneriakkan tentang toleransi antar umat beragama. Sejak awal, negeri ini telah memiliki jiwa toleran yang teramat tinggi. Kondisi geografis yang mentahbiskan negeri ini menjadi negeri seribu pulau dengan sejuta budaya dan adat istiadat mengajarkan makna toleransi yang sesungguhnya.
Terbukti, negeri nan elok ini cukup kuat untuk sekadar dipecahbelahkan. Kalian tahu kenapa ? sebab negeri ini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, termasuk di dalamnya sikap saling menghormati satu sama lain dan saling memahami perbedaan. Dan karakter itu telah melekat erat, sehingga ketika hanya untuk urusan warung buka atau tidak di bulan puasa, itu adalah masalah yang teramat kecil bagi negeri ini.
Tradisi menutup warung saat bulan puasa bukan lagi satu hal yang perlu diperdebatkan. Sejatinya hal tersebut telah menjadi salah satu bagian dari tatanan yang ada di masyarakat. Bahkan, tanpa ada adanya peraturan yang diterapkan untuk mempertegas tutupnya warung di bulan puasa, masyarakat secara sukarela dan penuh empati berupaya sendiri untuk menutup warungnya saat siang hari di bulan puasa.
Tatanan seperti ini telah tumbuh dan berkembang di masing-masing individu sebagai wujud rasa toleransi dan saling menghormati satu sama lain. Meski kita tahu, tanpa ditutup pun umat Muslim tetap menjalankan puasanya, namun rasa kepedulian dan empati itulah yang melahirkan tradisi "menutup warung" ketika bulan puasa.
Semestinya kita berbangga hati dapat menjadi bagian dari negeri yang multietnis ini. Bagaimana tidak ? nyatanya negeri ini sanggup berdiri kokoh dengan beberapa agama dan kepercayaan, ribuan pulau, ribuan budaya dan adat istiadat, bahasa dan karakteristik, namun tetap dapat menjadi satu kesatuan yang utuh.
Bayangkan, negeri mana yang mampu mempersembahkan kedamaian seperti senyapnya keramaian saat perayaan Nyepi ? negeri mana yang mampu menjaga tempat ibadah dengan barisan pemuda yang berbeda agama ? hingga negeri mana yang mampu dan rela menutup warungnya demi bertoleransi kepada muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa ? hanya negeri ini yang mampu. Indonesia.
Membuka atau menutup warung saat bulan puasa bukanlah sebuah pilihan, penawaran apalagi pemaksaan. Semua datangnya dari hati. Dari kepedulian setiap umat manusia terhadap umat manusia lainnya. Dan pemandangan tradisi menutup warung saat bulan puasa adalah salah satu pemandangan terindah di bulan ramadan.
Pemandangan yang sekaligus menjadi simbol hidupnya rasa toleransi antar umat beragama di Indonesia. Pemandangan yang sekaligus menjadi jawaban kepada seluruh dunia atas segala kekhawatiran terhadap keadaan Indonesia terutama berkaitan dengan persatuan dan kesatuan bangsa yang sempat ternodai akibat ulah-ulah oknum tak bertanggungjawab.
Ketika seluruh dunia menyaksikan toleransi dan besarnya empati masyarakat Indonesia di bulan ramadan dengan berbondong-bondong menutup warung saat puasa, maka otomatis ini akan menjadi sumbu positif bagi negeri, terutama untuk meningkatkan kembali kepercayaan dunia kepada negeri tercinta ini. Dan kepercayaan ini adalah poin terpenting dalam upaya kerjasama dunia. Nah, bukankah ini adalah salah satu dari berkah ramadan yang patut disyukuri ?
Maka dari itulah, sudah bukan saatnya lagi kita memperdebatkan buka atau tutupnya warung saat bulan puasa. Percayalah, negeri ini sudah sangat hebat dan berpengalaman dalam hal toleransi dan kepedulian kepada sesama. Yang terpenting saat ini adalah, kita saling bergandengan tangan, bersama-sama menjaga negeri tercinta ini dari oknum-oknum tak bertanggungjawab.
Sederhana saja, tumbuhkan rasa untuk saling berpikir positif diantara begitu banyak perbedaan serta memahami bahwa perbedaan itu akan memberi warna dan meyakini bahwa tujuan kita tetap satu, yaitu bersatu untuk NKRI. InshaaAllah negeri ini akan tetap damai, kuat dan kokoh serta tak terpecahbelah dengan mudah.