Merinding. Iya, aku merinding membaca cerpen Pesan dari Sang Burung karya Fiqih P ini. Rangkaian katanya begitu menyentuh kalbu. Aku seperti sedang dibawa pada masa detik-detik tsunami terjadi. Khayalanku melayang-layang. Membayangkan betapa dahsyatnya tragedi tsunami kala itu. Meski singkat, namun diksinya sangat menarik dan padat berisi, sehingga dengan hanya beberapa paragraf saja aku sudah bisa merasakan "kenyang" dalam membaca.
Meski demikian, ada pesan dari alam yang hendak disampaikan oleh sang penulis. Bahwa alam adalah "alarm" terbaik bagi manusia dan lingkungan. Alam melalui mahkluk-makhluknya mampu menangkap sinyal kehidupan. Jadi jangan pernah menyepelekan alam. Lestarikan alam kita dengan tidak merusaknya hanya untuk kepentingan bisnis semata. Dengan melestarikan alam, maka kita dapat meminimalkan dampak terjadinya bencana alam.
Bagi yang penasaran dengan indahnya rangkaian kata yang menggambarkan detik-detik tsunami dalam kisah cerpen Pesan dari Sang Burung bisa dibaca di sini.
Perempuan dalam Siluet (17 Desember 2017)
Jika kebanyakan romansa cinta dituangkan dalam situasi yang romantis dan penuh kebahagiaan. Dalam cerpen ini, Fiqih P menyajikan romansa cinta yang berbeda. Aku semakin percaya bahwa keromantisan tidak hanya dimiliki oleh mereka yang selalu dianugerahi tawa bahagia. Kisah di Perempuan dalam Siluet justru membuatku sangat larut dalam keindahan cinta. Cinta yang tumbuh dengan ketulusan. Cinta yang hadir meski dalam tragedi tsunami sekalipun. Sederhana namun menakjubkan.
Kisah yang menggambarkan bagaimana seorang laki-laki yang mencintai perempuan dengan kepedihan yang mendalam akibat tsunami. Bagaimana ia berusaha membawa sang pujaan hati pada harapan dan masa depan yang lebih cerah. Sungguh membuatku menangis terharu, sebab tentu tidak mudah untuk mengembalikan kepedihan itu apalagi menumbuhkan benih cinta di dalamnya.
Namun, sang penulis sepertinya menulis dengan sepenuh hati, sebab setiap kata yang dirangkai dengan kata lainnya mampu membuatku begidik terharu, meneteskan airmata dan memahami bahwa Tuhan menganugerahkan cinta di saat yang paling indah.
Cerita Perempuan dalam Siluet ini bisa dibaca di sini. Rasakan bagaimana perasaan kita akan terhanyut oleh rangkaian kata di dalamnya.
Angin Malam 13 Tahun Lalu (25 Desember 2017)
Masih dengan gaya penulisan yang khas ala Fiqih P yang mendayu dan mengaduk-aduk perasaan. Kali ini ia menceritakan tentang seorang suami yang tengah memperjuangkan keutuhan rumah tangganya. Seorang suami yang tak ingin berpisah dengan istrinya, meski sang istri berkali-kali meminta perpisahan dikarenakan keadaan.
Ketika puncak pertengkaran terjadi, sang istri memutuskan pergi meninggalkan rumah dan kembali ke rumah orangtuanya. Tentu saja itu membuat sang suami sangat merasa kehilangan. Ia merasa tak sanggup menjalani hidup tanpa istri yang sangat dicintainya.