"mereka mabuk mas...yang ada di otak mereka cuma nafsu tidak ada yang lain. Jangankan untuk mengenaliku, mengenali diri mereka sendiri saja mereka tidak bisa mas..." terang Sari pelan
"aku tahu apa yang mas Yono inginkan sejak tadi siang di kedai mas...makanya aku datang sekarang..."
Yono sedikit menolak tubuh Sari, menjauhkan dari tubuhnya.
"maaf ya dek Sari...bukan mas sepelekan dek Sari...tapi mas harus kembali ke barak sekarang..." kata Yono tegas
Sari merengut, "Kenapa mas ? mas Yono nggak tertarik sama Sari ?" suaranya menahan malu
Yono menggenggam jemari Sari, "mas Yono selama ini menganggap Sari seperti adik sendiri...nggak mungkin mas Yono mengingkari itu kan...?"
Sari mulai terisak. Ada penyesalan menyeruak dari setiap bulir airmatanya. Menyesal. Malu. Kecewa.
"Mas...aku cinta sama mas Yono...aku kesini bukan untuk jual diriku mas...tapi benar-benar untuk mengungkapkan perasaanku..." tutur Sari sesenggukan
Yono terkesiap dan tetap berusaha tenang, meski dadanya berdegup kencang.
"maafkan mas Yono ya dek...mas Yono nggak bisa...mas Yono tahu kok, dek Sari sebenarnya perempuan baik-baik...tapi mas Yono tetap menganggap dek Sari seperti adik, bukan yang lain..."
"mas, tolong jangan ceritakan pada siapapun tentang pekerjaannku ini...aku malu mas...aku kemarin memang melayani mang Deden mas...tapi itu juga terpaksa karena mang Deden dan mang Kadir mabuk berat. Aku takut dan akhirnya memenuhi keinginan mereka..." ucap Sari lirih dengan linangan airmata yang semakin deras.