Perlahan aku memasuki koridor restaurant yang telah ditunjuk Hans. Namun tiba-tiba perasaanku tidak enak. Banyak tamu berdatangan. Seperti sebuah acara makan malam yang tidak biasa. Lebih tepatnya seperti sebuah perayaan pesta.
“mmm maaf mbak, saya mau nanya, ini ada acara pesta ya ?” tanyaku memberanikan diri pada seorang wanita cantik yang sedang berdiri menyambut para tamu.
“iya mba...acara pertunangan...” jawab si mbak sambil tersenyum ramah
Hatiku semakin tak karuan. Namun tetap kulangkahkan kakiku masuk ke dalam restaurant. Benar saja, suasana perayaan pesta begitu meriah. Kulihat beberapa orang tengah asyik berdansa. Sebagian lagi begitu menikmati sajian masakan yang telah disediakan sambil saling bercengkerama.
Ya tuhan, ini pasti acara pertunangan Hans. Tidak salah lagi. Haruskah aku mengalami kepedihan untuk kedua kalinya, di bulan yang sama dengan orang yang sama ??? kenapa aku begitu bodohnya bisa terpedaya oleh perasaanku sendiri ? pelupuk mataku mulai terasa panas. Buliran airmata mendadak berdesakan ingin keluar. Sekuat tenaga aku menahannya. Aku tak boleh menangis.
“Hai Rey...” seseorang menepuk pundakku
Aku menoleh dan setengah terkejut, “Hans...”
“Yuk masuk...ngapain bengong disini aja...” ajaknya
Aku menggeleng, “selamat ya Hans...” ucapku lirih
Hans mengernyitkan dahinya, “Selamat ? selamat apa Rey ?”
“undangan makan malam kamu ternyata acara pertunangan kamu ya...selamat...” kataku pelan dengan mata berkaca-kaca