Mohon tunggu...
Fifi Fitriana Sari
Fifi Fitriana Sari Mohon Tunggu... Dosen - STKIP Yapis Dompu

Mahasiswa S3 UNDIKSA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Sebagai Alat Perlawanan: Menggugat Kekuasaan dengan Pengetahuan

14 Desember 2024   19:25 Diperbarui: 14 Desember 2024   19:25 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan perubahan sosial, terutama dalam menghadapi kekuasaan yang menindas. Sebagai alat perlawanan, pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membangkitkan kesadaran kritis terhadap ketidakadilan yang terjadi di masyarakat. Dengan membekali individu kemampuan untuk berpikir secara mandiri, pendidikan memungkinkan mereka untuk mempertanyakan otoritas, melawan penindasan, dan memperjuangkan keadilan.

Dalam sejarah, banyak tokoh besar menggunakan pendidikan sebagai senjata melawan kekuasaan yang tirani. Nelson Mandela, misalnya, percaya bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Begitu pula Paulo Freire, yang melalui konsep pedagogy of the oppressed, menekankan pentingnya pendidikan untuk membebaskan individu dari belenggu penindasan. Pendidikan yang berbasis pada dialog dan refleksi mampu mengungkap struktur kekuasaan yang tidak adil, sekaligus menawarkan jalan untuk melawan dominasi tersebut.

Namun, pendidikan sering kali menjadi arena pertarungan ideologis. Dalam sistem yang dikuasai oleh kekuasaan, kurikulum dapat dimanfaatkan untuk melanggengkan status quo dengan menyembunyikan fakta dan menanamkan nilai-nilai yang menguntungkan elit tertentu. Oleh karena itu, penting bagi pendidikan untuk tidak hanya berorientasi pada transfer pengetahuan, tetapi juga membangun kesadaran kritis yang mampu menggugat narasi dominan.

Pendidikan kritis tidak hanya mencetak individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga berani secara moral. Melalui pendidikan, masyarakat dapat diberdayakan untuk menuntut hak-haknya, melawan diskriminasi, dan menciptakan perubahan yang lebih adil. Dengan cara ini, pendidikan menjadi alat perlawanan yang efektif, yang mampu menggugat kekuasaan dengan pengetahuan dan kesadaran. Di tangan generasi yang terdidik dan sadar, harapan akan dunia yang lebih setara dan berkeadilan menjadi semakin nyata.

Menggugat kekuasaan dengan pengetahuan adalah sebuah pendekatan kritis yang bertujuan untuk menantang struktur kekuasaan yang ada melalui penggunaan informasi, analisis, dan pemahaman mendalam terhadap sistem sosial, politik, dan budaya. Strategi ini mengacu pada bagaimana pengetahuan dapat menjadi alat pembebasan untuk mengungkap ketidakadilan, menyoroti praktik kekuasaan yang tidak transparan, dan memberdayakan masyarakat untuk bertindak. 

Pengetahuan menjadi alat pemberdayaan yang memungkinkan individu dan kelompok memahami bagaimana kekuasaan beroperasi, baik secara eksplisit maupun tersembunyi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Michel Foucault, pengetahuan dan kekuasaan saling terkait; narasi yang mendukung kekuasaan sering kali disusun melalui kontrol atas informasi dan pendidikan. Oleh karena itu, membongkar narasi tersebut memerlukan literasi kritis yang mampu mengidentifikasi bias, propaganda, dan ketidakadilan. Di era digital, penyebaran informasi melalui media sosial dan jurnalisme independen telah menjadi senjata utama untuk membongkar praktik kekuasaan yang tidak transparan. Pendidikan juga memainkan peran penting dalam menciptakan masyarakat yang sadar dan kritis. Pendekatan pendidikan seperti yang dikembangkan oleh Paulo Freire, melalui dialog dan refleksi kritis, memungkinkan individu memahami dan menantang struktur kekuasaan yang menindas. Selain itu, pengetahuan berbasis bukti dapat digunakan dalam advokasi hukum dan reformasi kebijakan untuk menuntut keadilan secara sistematis. Kolaborasi antara akademisi, aktivis, dan masyarakat sipil juga memperkuat gerakan menggugat kekuasaan dengan menciptakan narasi alternatif yang lebih adil. Namun, penting untuk menggunakan pengetahuan secara etis dan bertanggung jawab, sehingga tujuan utamanya adalah menciptakan transparansi, keadilan, dan kesejahteraan bersama. Dengan memahami kekuatan pengetahuan, masyarakat dapat tidak hanya menggugat kekuasaan yang ada, tetapi juga membangun struktur baru yang lebih inklusif dan demokratis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun