HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, khususnya sel T CD4, yang berperan penting dalam melawan infeksi. Jika tidak diobati, HIV dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), tahap akhir infeksi HIV, yang menyebabkan kerusakan parah pada sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi oportunistik serta kanker.
HIV ditularkan melalui cairan tubuh yang terkontaminasi, seperti darah, air mani, cairan vagina, dan ASI. Penularan dapat terjadi melalui hubungan seksual tanpa pengaman, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, transfusi darah yang terkontaminasi, serta penularan dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Oleh karena itu, perilaku berisiko seperti seks tanpa kondom dan berbagi jarum suntik meningkatkan kemungkinan penularan.
Gejala HIV bervariasi tergantung pada tahapan infeksi. Pada infeksi primer, gejala mirip flu seperti demam, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening dapat muncul dalam beberapa minggu setelah terpapar virus. Pada tahap selanjutnya, penderita mungkin tidak mengalami gejala yang jelas selama bertahun-tahun. Namun, tanpa pengobatan, HIV akan berkembang menjadi AIDS, yang ditandai dengan penurunan berat badan drastis, keringat malam berlebihan, diare kronis, dan infeksi oportunistik. HIV didiagnosis melalui tes darah yang mendeteksi antibodi HIV atau jumlah virus dalam darah (viral load). Tes antibodi HIV biasanya dilakukan sebagai skrining awal, sementara tes HIV RNA mengukur jumlah virus dalam tubuh. Deteksi dini sangat penting karena pengobatan yang cepat dapat mengendalikan infeksi dan mencegah perkembangan AIDS. Hingga saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV, namun pengobatan dengan obat antiretroviral (ARV) dapat membantu mengontrol virus. ARV bekerja dengan menekan jumlah virus dalam tubuh, memperbaiki fungsi sistem kekebalan, dan mencegah penularan. Pengobatan ini harus dijalani seumur hidup, dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi risiko penularan kepada orang lain. Pencegahan HIV meliputi penggunaan kondom saat berhubungan seksual, tes HIV rutin bagi individu berisiko, serta penggunaan jarum suntik yang steril. Selain itu, profilaksis pra-paparan (PrEP) dan profilaksis pasca-paparan (PEP) dapat digunakan untuk mencegah penularan HIV setelah kontak berisiko. Upaya pencegahan yang tepat dapat mengurangi angka penularan dan memperlambat penyebaran virus HIV.
Kesimpulannya HIV adalah virus yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan jika tidak diobati, dapat berkembang menjadi AIDS. Meskipun belum ada obat yang menyembuhkan, pengobatan antiretroviral dapat membantu pengidap HIV untuk hidup lebih sehat dan mencegah penyebaran virus. Pencegahan melalui penghindaran perilaku berisiko dan tes rutin sangat penting untuk mengurangi penularan HIV.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI