Mohon tunggu...
Fiesty Utami
Fiesty Utami Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ordinary girl who live in her own dream..

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pernikahan di Taiwan

15 Januari 2016   00:16 Diperbarui: 15 Januari 2016   00:16 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Minggu lalu, saya datang ke kota Chiayi karena kebetulan acara pengajian rutin bulan ini berlangsung di sana. Karena di Chiayi tidak ada masjid, maka pusat kegiatan muslim di kota Chiayi adalah di salah satu restoran Indonesia di kota tersebut. Alhamdulillah makanannya halal semua, dan yang pasti enak. Ayam halal memang berbeda dengan ayam KFC atau ayam piggir jalan yang belum tentu halal. Ayam halal memang lebih enak :)

Ketika sedang akan melaksanakan shalat berjamah, tiba-tiba datang beberapa orang Pakistan yang menanyakan dimana Imam berada. Saya dan teman-teman bingung, karena kami memang tidak tahu yang mana Imamnya. Kami pun menyuruh mereka turun dan mencari Imam di restoran, mungkin ia sedang di restoran, pikir kami. Setelah mereka turun ke restoran, Bapak sebelah saya berkata bahwa orang-orang Pakistan tersebut sedang mencari beliau sendiri. Bapak itu dianggap Imam di sini. Ternyata orang-orang Pakistan itu datang mencarinya untuk minta dinikahkan, hari itu juga.

Padahal, jika ingin menikah, seharusnya mereka pergi ke masjid besar seperti di Kaohsiung, Taipei, atau Taichung. Karena, di masjid di kota tersebut memang sering dijadikan tempat pernikahan juga. 

Sedangkan, orang Pakistan yang ingin menikah di hari itu juga dengan orang lokal Taiwan, belum menunjukkan persyaratan untuk menikah yang disyaratkan oleh Imam. Imam kira mereka datang kesini mau menanyakan terlebih dahulu syarat-syaratnya apa saja, ternyata mereka datang karena ingin pernikahan diselenggarakan hari itu saja.

Pernikahan di Taiwan juga memiliki syarat-syarat agar diakui oleh negara. Dan kami, sebagai muslim dan warga negara yang baik, memang sebaiknya memenuhi bukan saja persyaratan Islam tapi juga persyaratan negara Taiwan.

He said: "I don't care with the rule. I believe with Allah rule, not the government's rule."
Again and again, he insisted to be married in that day. For sure, we don't know is he has married before, is her girlfriend's parents know their daughter will married." 

He said: "In Pakistan, marry based on Islam rule is easy. Islam makes it easy for Muslim. It's not that difficult." Whatever lah, kenapa ente ga datang ke masjid besar aja sih --"

Sebenarnya, sudah banyak kejadian pernikahan di Taiwan yang tidak sesuai syariat agama. Contohnya, menikah padahal kedua mempelai masih memiliki pasangan suami/istri di Indo, bahkan sudah punya anak di Indo. 
Salut buat Bapak dan Ibu BMI yang mengurus kegiatan Muslim di setiap region di Taiwan. Mereka tetap memegang syariat agama Islam dan mematuhi peraturan yang berlaku di Taiwan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun