Mohon tunggu...
Fifie Ruslan
Fifie Ruslan Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

autophile

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah Pergantian Tahun Harus Dirayakan?

8 Desember 2024   10:13 Diperbarui: 8 Desember 2024   10:19 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pergantian tahun tinggal menghitung hari. 2024 akan berakhir dan berganti dengan angka yang lebih besar. Tak sedikit orang yang membuat perencanaan sebagai resolusi untuk tahun yang akan datang dan merefleksi perjalanan disepanjang 2024. Pergantian tahun acap kali dirayakan dengan perenunang bahkan dengan pesta gegapgempita. Perayaan ini dilakukan dengan dengan harapan di tahun baru semua menjadi lebih baik, impian terwujud, dan mencapai target -- taget yang telah di buat. Namun, apakah pergantian tahun harus dirayakan?

Bagaimana tradisi perayaan tahun baru ini bermula?

Perayaan tahun baru menjadi tradisi berulang yang sudah dilakukan ribuan tahun. Peradaban Mesopotamia yang eksis sekitar 2000 SM menjadi cikal bakal bermulanya perayaan pergantian tahun. Awalnya, pada masa itu, perayaan tahun baru dilakukan di bulan Maret yang bertepatan dengan musim semi. Kalender Julian diperkenalkan pada 46 SM di bawah kepemimpinan Julius Caesar. Dalam perhitungkan sistem kalender ini 1 Januari ditempatkan sebagai awal tahun. Bangsa Romawi melakukan tradisi perayaan tahun baru ini sebagai bentuk penghormatan kepada dewa permulaan, Janus. Ritus seperti memberikan hadiah dan doa untuk keberuntungan di tahun mendatang menjadi bagian dari perayaan ini. 

Bagaimana dengan perayaan di Indonesia?

Sebagai bangsa yang pernah di jajah, kolonialisme memberikan pengaruh besar atas tradisi perayaan tahun baru. Masyarakat tradisional sendiri lebih banyak merayakan Tahun baru berdasar kalender lokal yang dipengaruhi oleh keyakinan yang dianut seperti Tahun Baru Islam, tahun Baru Saka, atau Tahun Baru Imlek.

Beragam Tradisi Perayaan Tahun Baru


Setiap budaya dalam suatu wilayah memiliki cara unik untuk menyambut tahun baru. Di Australia, perayaan spektakuler dilakukan Sydney Harbour Bridge dengan pesta kembang api. Di Jepang, tradisi "Joya no Kane" dilakukan dengan membunyikan lonceng kuil sebanyak 108 kali untuk mengusir nafsu buruk. Sementara itu, di Spanyol, makan 12 anggur tepat saat tengah malam dipercaya membawa keberuntungan.

Tak kalah menarik, masyarakat Tiongkok merayakan Tahun Baru Imlek dengan festival lentera yang meriah. Perayaan unik dilakukan masyarakat Denmark, dengan memecahkan piring di depan rumah teman sebagai simbol persahabatan dan keberuntungan. Apakah Anda pernah mendengar tradisi lain yang lebih unik?


Bagi banyak orang, Tahun Baru bukan sekadar momen perayaan, tetapi juga refleksi. Makna filosofis dari pergantian tahun adalah kesempatan untuk meninggalkan kebiasaan lama dan memulai dengan harapan baru. Tahun baru diibaratkan lembaran kertas kosong yang kelak akan diisi dengan cerita baru yang lebih seru dan menyenangkan.

Secara psikologis, resolusi Tahun Baru menjadi simbol motivasi. Persentase pencapaian hasil dari resolusi yang di buat memang tidak 100 persen, namun membuat resolusi dapat membantu memperkuat tujuan dan memberi arah yang jelas dalam hidup. Mengapa Anda membuat resolusi? Apakah ini benar-benar membantu Anda mencapai target? Setiap orang memiliki tujuannya masing -- masing kan?


Berbagai agama dan budaya memandang pergantian tahun dengan cara berbeda. Dalam Islam, Tahun Baru Hijriyah dirayakan sebagai pengingat hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Instropeksi melalui keheningan menjadi tradisi yang dilakukan oleh umat Hindu -- Bali untuk memperingati Tahun Baru Saka.

Di sisi lain, agama-agama Barat seperti Kristen lebih terfokus pada Natal dan Tahun Baru Masehi sebagai perayaan sekuler. Beberapa orang bahkan memilih untuk tidak merayakannya sama sekali, karena tidak sesuai dengan kepercayaan mereka.

 

Apakah Perlu Merayakan Tahun Baru?

Tahun baru menjadi masa libur yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat. Merayakan Tahun Baru menjadi momen untuk bersyukur, mempererat hubungan dengan keluarga dan teman, serta menciptakan kenangan positif. Kembang api, makan malam bersama, hingga countdown menjadi momen spesial yang dinantikan banyak orang. Kegembiraan yang dirasakan dalam perayaan diharapkan menjadi langkah awal untuk menjalani hari -- hari di tahun mendatang dengan optimism dan kegembiraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun