Jadi cerita ini saya ambil dari teman saya yang mulai meminimaliskan pakaiannya di cabang gamis. Oiya sebelumnya, kalau ngomongin "minimalisme" itu bukan soal seberapa dikit atau banyak barang yang kita punya, alias tidak ada limit harus punya barang misalnya under 50, karena kebutuhan kita berbeda. Bukan pula soal ke-estetikan, monokrom atau colorful. Tapi soal esensialis, mengurangi akses, pastikan yang kita miliki itu esensial buat kita dan terpakai alias dapat dipertanggungjawabkan. Dalam bukunya Francine Jay, selain fundamental, mindset, didalamnya juga mengajarkan untuk menyikapi perbedaan minimalis vs maximalis dalam lingkungan keluarga dan pertemanan. Sependek pemahaman saya, "minimalisme" ini sebelum menjadi tren memang konsep dari budaya Zen (buddhishm) yang identik dengan kejepangan sejak zaman dulu, dalam Islam sendiri semacam zuhud.
Minimalisme pakaian adalah konsep yang semakin populer di dunia fashion modern. Berakar dari gerakan minimalis yang menekankan kesederhanaan dan pengurangan kelebihan, nimalisme pakaian berfokus pada pemilihan dan penggunaan pakaian yang esensial dan fungsional. Dalam Islam secara tegas melarang umatnya untuk berlebih-lebihan, hal ini senada denga hadist riwayat Imam Ahmad dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, nabi bersabda:
“Makan, minum, berpakaian, dan bersedekahlah kalian dengan tidak sombong dan tidak berlebih-lebihan, karena sesungguhnya Allah suka melihat nikmat-Nya tampak pada hamba-Nya”.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi apa itu minimalisme pakaian, bagaimana tafsir kontemporer mengadaptasi konsep ini. Tafsir kontemporer terhadap nimalisme pakaian telah berkembang seiring waktu, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan gaya hidup, kesadaran lingkungan, dan tren mode global. Berikut adalah beberapa aspek kunci dari tafsir kontemporer nimalisme pakaian:
1. Kesadaran Lingkungan
Salah satu alasan utama mengapa minimalisme pakaian menjadi populer adalah kesadaran akan dampak lingkungan dari industri fashion. Fast fashion, dengan produksi massal dan konsumsi cepat, telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan. Melalui minimalisme pakaian, seseorang diajak untuk lebih bijak dalam memilih dan membeli pakaian, mengurangi limbah tekstil, dan memilih produk yang ramah lingkungan.
2. Kualitas dan Keberlanjutan
Alih-alih membeli banyak pakaian murah yang cepat rusak, minimalisme pakaian menekankan pembelian pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama. Ini tidak hanya menghemat uang dalam jangka panjang tetapi juga mengurangi frekuensi pembelian pakaian baru, yang pada gilirannya mengurangi jejak karbon kita.
3. Fungsi dan Kenyamanan
Minimalisme pakaian mengutamakan fungsi dan kenyamanan di atas segalanya. Pakaian yang dipilih harus serbaguna dan dapat digunakan dalam berbagai situasi, baik formal maupun kasual. Dengan demikian, seseorang bisa memiliki lemari pakaian yang lebih ringkas namun tetap bisa tampil stylish dalam berbagai kesempatan.