Mohon tunggu...
Firsty Inayatie Sakina
Firsty Inayatie Sakina Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menulis itu menyehatkan, menajamkan pikiran, melembutkan hati, membeningkan prasangka.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belajar dari Alkisah Para Pencari Tuhan

3 November 2011   16:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:05 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu, istri Asrul sedang mengajari mengaji ketiga anaknya di ruang tamu sedangkan Asrul makan siang di meja makan bersama Udin, satpam di kampungnya. Mereka memperbincangkan sesuatu.

Asrul: “Anak jaman sekarang pergaulannya sangat bebas dan berbahaya Din.” Udin: “Iya Srul, saya begitu prihatin melihatnya.”

Di tengah mengajar mengaji, istri Asrul pergi ke dapur mengambil lauk dan membawanya ke meja makan, tempat mereka berbincang.

Asrul: “Din, aku bersyukur ketiga anakku suka membaca al-qur’an seperti itu, bukan membaca sms seperti anak jaman sekarang. Mereka setiap hari pegangannya al-qur’an, bukan memegang handphone. Aku merasa Allah begitu dekat denganku. Allah begitu mencintai keluargaku.” Istri Asrul: “Bang, apa yang Abang rasakan ketika berbicara seperti itu.” Asrul: “Ya, Abang merasakan Allah begitu dekat dengan kita Dik.” Istri Asrul: “Syukurlah jika memang Allah begitu dekat dengan kita Bang. Namun jika Abang berkata seperti itu bisa jadi Allah memalingkan wajahNYA ke....”

Istri Arul sedikit ragu untuk meneruskan perkataannya. Tiba-tiba dengan nada nyeletuk Udin menyambung perkataan istri Asrul sambil terus memakan makanan yang baru dihidangkan oleh istri Asrul.

Udin: “ke arah lain.” Istri Asrul: “Itu (sambil menu njuk ke arah Udin ) bisa jadi Allah memalingkan wajahNYA ke arah lain! Bang, tugas kita hanya mencari dan terus mengharapkan keridhoan Allah, hanya itu, tidak lebih.”

Istri Asrul kembali bergegas ke ruang tamu untuk mengajari anaknya mengaji.

Dari Ibnu Abbas RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman : Sombong itu adalah selendang-Ku dan kebesaran itu adalah pakaian-Ku, maka brg
siapa mencabut salah satunya dari-Ku, Aku akan melemparkan org itu ke neraka”. [HR. Ibnu Majah,dlm Targhib wat Tarhib juz 3,hal.563]
Dari Abdullah bin Mas’ud ra, dari Rasulullah saw, beliau bersabda, “Tidak akan masuk surga seorang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong walau hanya seberat atom.” (HR. Muslim)
dan janganlah ka
mu berjalan di muka bumi ini dg sombong, krn Sesungguhnya kamu sekali2 tdk dpt menembus bumi dan sekali2 kamu tdk akan sampai setinggi gunung.” ( QS.Al Israa’:37)
“dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (krn sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dg angkuh. Sesungguhnya Allah tdk menyukai org2 yg sombong lagi membanggakan diri.” (QS.Luqman:18)
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash: 83)

*Tahu dan Lupa memang berbeda. Terkadang kita lupa meskipun kita pernah mengetahuinya. Allahu’alam bisshowab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun