Iseng-iseng aja mau nulis ini.
Waktu masih Study dulu, tempat yang paling favorit ku datangi perpustakaan. Menurutku (bukan menurut lho..ya iyalah yang nuliskan gue) perpustakaan bukan hanya sekedar tempat nge-time, tempat bolos, atau tempat alternatife menyelesaikan tugas karena ketidakmampuan membeli buku di toko buku. Perpustakaan adalah kerajaan bagi para maniak buku. sayangnya, tidak banyak perpustakaan yang dikemas menarik hingga perpustakaan hanya menjadi tempat penyimpanan buku-buku lama atau buku sumbangan saat lulus sekolah. Tapi, bukan masalah perpustakaan yang mau saya bahasa (jelas banget kan judulnya di atas).
Akhir-akhir ini, toilet dan mushollah jadi perhatianku (jangan-jangan toilet dan mushollah sekarang lebih menarik dari ‘yang terindah ku ya,,,). Pertama kita bahas tentang toilet dulu.
Toilet :
Jujur, saya heran jika ada toilet umum khusus wanita yang jorok! (di kepala mulai ada tanduk ching). Bukankah yang masuk ke sana wanita semua (sory ga maksud mojokin toilet pria yang radius 10 meter dah bau banget, sory yah toilet..)… masalahnya kan wanita lebih identik dengan kerapihan, ketertiban, kebersihan, keharuman (kayak 5K yang di kelas-kelas euy) and the gank maka seharusnya kemana pun mereka ada sikap itu ngikut juga kan? Saya ngambil contoh toilet di kampus yah.. toilet pria dan wanita di kampus sekarang ga bias dibedakan keduanya persis toilet umum di pasar atau toilet waktu jaman sekolah (walaupun ga semua sekolah toiletnya bau). Selidik demi selidik (mumpung ga ada kerjaan) rata-rata kalau ditanya (survey membuktikan ting-tong, eh ..ada Pak Lurah, masuk Pak..loh nyambung ke mana???) wanita selalu mengambinghitamkan “air”. Katanya airnya kuranglah, toiletnya mampetlah..alasan mati ching).. kenapa saya bilang alasan mati? Karna ada yang lebih parah sist.. sampahnya itu loh..dah dibilangin jangan buang sampah sembarangan, jangan buang tissu sembarangan masih juga bercerean di toilet..bahkan ada yang lebih parah ga usah diungkapkan deh,,,,nanti selera buka puasa ntar ilang lagi… benar-benar heran (prihatin mendalam). Saya Cuma berpikir saja, kondisi toilet di rumahnya kayak gimana yah??? …ya sudahlah…
Mushollah:
Nah kalau yang ini kasusnya beda lagi neh.. sumpeh! Saya heran banget ngeliat kebiasaan-kebiasaan wanita sekarang di mushollah. Apalagi yang masuk mushollahnya gerombolan neh udah bisa dipastikan mereka minjam mushollahnya untuk bacain arisan…wadduh gawat!!! Saya ga habis pikir sama wanita yang cerita di mushollah, ketawa-ketiwi seenaknya, curhat seenaknya…ga ada toleransi sama wanita-wanita lain yang lagi sholat. Saya bisa pastikan mereka itu ga tau artinya khusyuk, dan maap deh kalau saya menilai mereka sholatnya ga khusyuk juga (dah mulai keluar taring neh). Kebiasaan aneh lainnya adalah terima telphon dalam mushollah..arrrggghhh…ga bisa komen apa-apa lagi!!!! Ampun. Lho kata ini kafe. Hp lupa di sillent saja, saya bisa dilototin sama teman kalo masuk mushollah, apalagi terima telphon. Yang terakhir neh,, tapisaya masih bisa kasih toleransi karna saya sangat menghargai privasi dan kepercayaan adalah sebuah privasi meskipun Tuhan kita sama, wanita lebih suka mengerjakan sholatnya sendiri-sendiri. Beda dengan pria, kenal atau tidak, mereka tidak risih tuh menepuk bahu pria lainnya yang sudah sholat lebih dulu penanda bahwa ia mau berjamaah.. pada wanita kau akan jarang sekali melihat itu.. Don’t ask me “why” (belum buat riset seh he5)
Nb :
Saya sengaja pakai istilah WANITA karena dalam ilmu semantic wanita dan perempuan itu pemaknaannya berbeda.. PEREMPUAN dimaknai sebagai sosok yang tradisional (singkat saja yah), sedangkan WANITA dimaknai sebagai perempuan yang mulai keluar rumah, berkarier, dan berpendidikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H