Mohon tunggu...
Fidlia Mae sarah
Fidlia Mae sarah Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati Literasi

Literasi, budaya dan Sejarah, hak perempuan dan anak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puan dengan Ketulusan Hatinya

17 Agustus 2024   18:43 Diperbarui: 17 Agustus 2024   18:47 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si A dengan Ketulusan Hatinya

Bagian I

Puan adalah anak yang penuh semangat dan bahagia. Dia selalu tersenyum dan memiliki banyak teman. Namun, di lingkungan rumahnya, dia menghadapi awal yang penuh dengan ejekan yang tak terduga.

Baca juga: Nostalgia Ramadhan

Semua dimulai ketika Puan menghadiri pesta ulang tahun salah satu temannya di sekitar lingkungan mereka. Semua tampak berjalan dengan baik sampai malam itu ketika beberapa teman dari pesta tersebut memutuskan untuk mengejek Puan.

Mereka mulai mengolok-olok A dan membuat lelucon yang merendahkan.. Puan yang awalnya kaget dan terkejut, segera merasa takut dan bingung. Dia tidak tahu apa yang telah dia lakukan untuk membuat teman-temannya bertindak dengan begitu kejam.

Salah satu Teman: Wah, Puan kamu hadir juga disini?

Puan: iya (masih dengan suasana yang ceria)

Salah satu Teman : seharusnya anak keriting,hitam seperti kamu tak hadir Puan

Salah satu Teman: iyaa, siapa yang ingin berteman dengan mu Puan?

Puan: kalian kenapa? Apa aku melakukan kesalahan?

Namun, kekerasan ini tidak berhenti di pesta itu saja. Teman-temannya terus mengganggunya ketika mereka bertemu di lingkungan mereka. Mereka melempari Puan dengan gulungan kertas sampah  dan benda-benda lainnya. Mereka terus membuat lelucon yang menghina dan mengancamnya.

Bagian II (di rumah Puan)

Di dalam kamar Puan bingung dengan apa yang terjadi.

Puan: apa yang mereka katakan, ya? Apa aku membuat mereka terluka? Hm sepertinya tidak juga?

Seketika Ibu si Puan masuk ke dalam kamar dan membuat si ia kaget.

Ibu: Puan, apa yang kamu fikirkan? Kenapa belum tidur?

Puan: Ah? Tidak ada ibu, Aku hanya memikirkan pesta tadi, begitu menyenangkan

Dalam hati Puan ia ingin memberi tahu ibunya tetapi ia takut akan membuat kekacauan seperti yang pernah ia lakukan dulu dengan memberi tahu ayahnya membuat orangtua nya bertengkar dan memilih berpisah.

Ibu: baiklah, ini sudah larut malam. Tidurlah!

Puan: Baik ibu.

Bagian III

Seminggu kemudian di sekolah, si Puan yang selalu menjadi pusat perhatian guru dan teman-teman lainyaa karna kepintaran dan kebaikan hatinya mulai memperlihatkan perubahan. Ia menjadi sering terdiam dan tak seperti biasanya

Ibu Guru: Puan, ada apa dengan mu?, apakah kamu tak mendengarkan ibu berbicara?

Puan: ah? Iya bu. Apa yang ibu katakan tadi? (Puan yang sadar dari lamunannya)

Teman yang jahat kepadanya: wah kamu kenapa hari ini Puan? Apa ibu mu tak memberikan mu uang belanja? Atau ibu mu memarahi mu lagi? Atau jangan jangan kau sedang memikirkan bagaimana cara meluruskan rambut mu yang keriting?

Puan yang mendengar hal tersebut menjadi malu dan tertunduk. Lalu bu guru mulai memecah suasana dengan melanjutkan pelajaran hari ini.

Ibu guru: sudah-sudah, Kamu tidak boleh seperti itu! Baiklah murid-murid kita akan sambung materi ini minggu depan.

Murid: baik buu!!!

Dalam hati bu guru sudah menduga ada sesuatu terjadi pada Si Puan, ia yang sangat semangat dan gigih belajar menjadi sosok yang pendiam belakang ini. Padahal bu guru tau si Puan sangat ingin menggapai cita-citanya.

Bagian IV

Bu Guru yang curiga segera mengambil tindakan dengan menelpon ibu dari si Puan.

Ibu: selamat sore bu

Ibu guru: ya sore bu, apa di rumah baik-baik saja?

Ibu Puan: Wah tentu baik bu, apa A melakukan sesuatu di Sekolah?

Ibu Guru: oh tentu tidak bu. Begini, si Puan satu minggu ini menunjukkan perubahan seperti ketakutan dan menjadi seering melamun seperti pada saat kejadian dimana dia melihat orangtuanya berpisah.

Ibu yang mendengar hal tersebut terkejut lalu bertanya.

Ibu Puan: benarkah bu? Di rumah pun si A tidak menceritakan apapun, setiap saya bertanya sepulang ia bermain dengan teman-teman ia selalu bahagia.

Ibu guru: ibu yakin? Apa ibu tidak melihat perubahan yang lain?

Ibu: emmm.(Sambil memgingat seminggu yang lalu ia pulang dari pesta  ulang tahun teman-temannya lalu lebih sering melamun), ohiya bu, saya baru ingat.

Lalu ibu Puan menjelaskan segalanya pada bu guru sejak pulang dari pesta si Puan lebih sering melamun.

Sedangkan sore di lapangan si Puan yang sedang duduk di taman kembali mendapat hinaan, bullying dan kali ini bahkan mereka melemparkan batu yang mengakibatkan kepala si Puan terluka

Puan: apa ya yang aku lakukan sehingga teman-teman begitu jahat padaku?

Dari kejauhan terlihat teman-teman yang membully nya akan menghampirinya

Puan: ah itu mereka, ada baiknya aku menanyakan pada mereka, apa aku buat kesalahan? Hay kalian darimana?

Teman: kami habis bermain-main di pantai dan tentunya ada wahana baru

Puan: wah, pasti seru sekali. Mengapa kali ini kalian tidak mengajakku. Bukankah kita selalu bermain bersama?

Teman: wah, sejak kapan kami berteman dengan mu. Kami tidak mungkin berteman dengan anak kulit hitam dan rambut keriting sepertimu Puan!!!!

Puan yang binging lalu bertanya.

Puan: apakah aku membuat kesalahan sehingga kalian mengejekku?

Teman-teman: sudah, kita tinggalkan saja dia, lagipula kami kesini tidak akan megajakkmu tapi hanya memamerkan saja padamu.wuuuuuuuu (mereka berlalu sambil melemparkan batu pada Si Puan)

Puan yang menyadari dirinya terluka, lalu menangis karna kesakitan bersyukurnya bu guru yang sedang mlewati taman tersebut melihat apa yang A alami lalu membawa nya pulang.

Bu guru: Puan, apa yang terjadi padamu? Mengapa kamu terluka seperti ini?

Puan yang ketakutan bahkan tidak mengatakan apapun, ia hanya menangis dan igin di antarkan pulang.

Puan: tak ada bu guru, aku hanya tersandung. Bisakah bu guru mengantarku pulang?

Bu guru: ya tentu.

Bagian V

Sesampainya di rumah, ibu Puan yang melihat anaknya terluka kebingungan dan bertanya pada bu guru.

Ibu Puan: ada apa ini, ibu guru? Bagaimaa ini bisa terjadi?

Ibu guru: iya bu, saya juga tidak melihat kejadiannya. Saya berjumpa dengan Puan dengan keadaan dia sudah terluka?

Puan: ibuuuuu. Kepala ku sakit!!!!!!

Lalu, ibu membawa nya masuk dan mengobati luka Puan dan menenangkannya. Setelah si Puan tenang ibu dan Ibu guru menanyakan apa yang sudah terjadi.

Ibu: Puan, apa yang terjadi? Ini tidak seperti luka karna tersandung. Ayo nak coba ceritakan pada ibu.

Ibu Guru: iya Puan, ibu dan bu gru ada disini (bu guru yang mengetahui mental Puan tidak baik-baik saja mencoba untuk menenangkan agar Puan bercerita).

Puan yang ketakutan lalu menceritakan peristiwa yang terjadi di pesta ulang tahun teman-temannya dan peristawa sebenarnya yang terjadi di taman sore ini. Ibu yang mendengar hal tersebut terkejut dan bertanya pada Puan, mengapa ia tak mengatakan pada ibu nya.

Ibu: Puan sayang, mengapa kau tidak mengatakannya pada ibu?

Puan: ya bu, aku takut mengatakannya karna takut terjadi kekacauan seperti ibu dan ayah dulu.

Ibu yang mendengar hal tersebut meneteskan air mata lalu memeluk anaknya.

Ibu: Puan, tenanglah hal yang terjadi tidak akan terulang lagi. Ibu akan tetap disini menjaga mu

Ibu guru yang melihat hal tersebut bahagia. Lalu ibu guru penasaran dengan motif teman-temannya melakukan hal tersebut padahal Si Puan dan teman-temannya adalah teman baik sebelumnya.

Bagian VI

Keesokan harinya, di dalam ruangan kelas bu guru dan teman-teman yang mencelakai Puan berhadapan.

Ibu guru: apakah kalian sadar apa yang kalian lakukan?

Teman-teman Puan mulai ketakutan dan hanya menunduk atas apa yang mereka lakukan.

Ibu guru: apa yang kalian lakukan mengakibatkan Puan tidak masuk kelas hari ini. Dan parahnya lagi Puan menjadi orang yang pendiam dan melamun.

Ibu guru lalu menanyakan, mengapa mereka melakukan hal tersbut.

Ibu guru: mengapa kalian melakukannya? Apakah Puan melakukan kesalahan?

Salah satu temannya menjawab, sambil tunduk malu.

Teman: tidak bu guru, kami hanya kesal pada Puan, dia selalu menjadi orang pertama di dalam kelas. Nilai dan prestasi Puan lebih baik dari kami. Padahal kalau dilihat A tidak memiliki orang Tua yang lengkap seperti yang bisa mengajari kami setiap hari..

Bu guru yang mendengar hal tersebut lalu mengehela nafas panjang lalu berkata.

Bu guru: kalian, tidak boleh melakukan hal tersebut. Kalian tau bahwa Puan hanya tinggal dengan ibunya. Tentu Puan akan belajar lebih giat menggapai cita-citanya dan membuat ibu nya bahagia.

Teman-teman: Iya bu

Bu guru: kalian juga bisa belajar bersama bukan dengan A?dia pasti akan membatu kallian. Bukan dengan melakukan kejahatan seperti ini. Sudah ya, sore ini kalian meminta maaf ibu akan menemani kalian ke rumah Puan.

Teman-teman: Iya bu guru

Bagian VII

Di rumah Puan,mereka lalu meminta maaf dan berjanji tak mengulanginya.

Setelah kejadian tersebut Puan dan teman-temannya menjadi semakin sering belajar dan bahkan mengikuti lomba mewakili sekolah dan memenangkannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun