[caption caption="shutterstock.com"][/caption]
Plak!!! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Jamilah membuat badannya terhuyun. Kepalanya mendadak pening. Ada darah disudut bibirnya. Perempuan itu masih mencoba berdiri , memandang lelaki didepannya dengan muak.Ingin rasanya ia memuntahkan semua isi perutnya kekepalanya yang klimis. Namun ia masih bisa menahan diri.
“Dasar perempuan kampungan, melayani suami saja tak becus. Mana sambalnya! Kamu tahu kan aku tak bisa makan tanpa sambal!” Ia Melempar gelas kearah perempuan itu. Untung saja gelas plastik! Selalu saja begini tiap hari,ada saja hal kecil yang tak berkenan dihatinya. Kemarin dibuatkan sambal salah.Katanya dia ingin membuat suaminya diare. Lalu dibuatkan lagi sambal yang tak pedas,eh cobeknya dilempar. Menurut dia sambalnya nggak nendang bila nggak pedas.
Jamilah diam seribu bahasa.Menjawabpun percuma saja. Ia sudah lelah….lelaki itu tak pernah perduli dengan dirinya dan anak yang ada dalam kandungannya sekarang.
Ternyata sikap diamnya membuat amarah lelaki itu semakin menjadi. Kali ini bukan hanya tamparan saja tetapi juga tendangan yang ia dapatkan. OUGHH!! Iapun jatuh tersungkur sembari memegangi perutnya yang mulai membuncit. Bukannya berhenti lelaki itu makin kalap menghajar Jamilah. Ia sudah pasrah…..apabila ini adalah hari terakhirnya. Pandangannya mulai kabur…dan bruk….ia jatuh tergeletak tak sadarkan diri. Dari balik pintu, putrinya terisak ketakutan melihat ayahnya membabi buta memukul ibunya.
***
“Bangunbu"sayup sayup terdengar suara anak kecil memanggilnya berulangkali. Pelan-pelan ia membuka mata,tenyata suara anak kecil itu adalah Ambar,putrinya.Gadis cilik itu menangis memeluknya.
Ibu tak apa-apa sayang,kamu jangan sedih nak”dikecupnya kening putrinya itu,ia kasihan padanya.
Melihat wajah putrinya,semangat Jamilah tumbuh. Ia tak boleh mati oleh keganasan suaminya. Dan membuat anaknya trauma karena sering melihat perlakuan buruk ayahnya. Ambar memberinya segelas air. Lalu ia meneguknya pelan-pelan.
“Ibu….kita kerumah Mbah Uti saja ya, Ambar nggak mau ayah memukuli ibu lagi,kasihan adek yang didalam” gadis cilik itu mengusap perutnya pelan-pelan. Jamilah terenyuh.
Otaknya berpikir keras mencari akal bagaimana melarikan diri. Ia bangkit mencari sesuatu didapur. Ia tersenyum ketika membuka bekas kaleng biscuit yang sengaja ia sembunyikan diantara barang-barang dapur untuk mengelabui suaminya.