Di balik kaca warnet, kulihat gadis cilik seumuran anakku duduk di tepi trotoar. Sesekali matanya menatap ke jalan masuk perumahan kami. Mungkin dia jenuh menunggu, diambilnya dahan ranting yang ada disebelahnya kemudian dicorat coretkannya di jalan aspal berdebu.
Aku datang menyapanya.
“Sedang apa kamu nak, malam malam begini duduk sendirian di trotoar”
“Aku menunggu mamaku tante, biasanya mama pulang jam lima. Tapi sudah jam delapan malam begini mama belum pulang”
Deg
“Kamu menunggu saja di rumah ya nak”
“Aku mau menunggu mama saja tante disini”
***
Dirumah, saya melongok gadis kecilku yang sudah tertidur pulas di pembaringan. Ditemani boneka teddy dan buku. Nafasnya naik turun, anak rambutnya yang keriting sedikit menutup bulu matanya yang lentik. Amboi cantik nian anak ini.
Saya teringat percakapan kecil diantara kami.
“Mama boleh kerja lagi nggak nak”
“Nggak boleh”
“lho kenapa, kalau mama kerja uangnya kan bisa untuk Key, beli buku dan jalan – jalan”
“Nanti siapa yang masakin Key, nyuci baju dan setrika baju Key”
“bibi nanti yang ngerjain”
“Nggak mau, Keylebih suka mama dirumah. Mama ngurus warnet saja sama papa. Katanya lagi dengan nada sewot.
Berkaca dari gadis cilik itu. Saya bersyukur menjadi ibu rumah tangga, meninggalkan pekerjaan dan memilih focus mengurus keluarga. Cukuplah sudah celoteh key waktu kecil saat di pukul sang pengasuh.Saya tak bisa membayangkan meninggalkan buah hati saya bersama orang lain lagi. Sekarang saya bisa bersama anak saya sepanjang waktu. Bermain dan belajar bersamanya. Anak saya bisa kapan saja bermanja dengan saya tanpa perlu menunggu saya pulang kerja. Coba bayangkan bila saya tetep keukeuh menjadi seorang pekerja professional. Akan menjadi dilemma sendiri bagi saya.Karena saya termasuk workaholic, dan Allah tahu saya nggak bakalan bisa focus kerja ketika mendengar rengekan anak saya,kapan pulang ma, apalagi mendengar suara pengasuh ditelpon yang mengabarkan anak lagi sakit. Mau pulang kerjaan numpuk, sedangkan anak sedang sakit, bersama orang lain pula. Apa nggak nelangsa.
Menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan, terlepas dari apakah pilihan tersebut karena kesadaran sendiri atau karena keadaan lain yang memaksanya menjadi seorang ibu rumah tangga.
Semua tak ada yang mudah bu,tinggal bagaimana kita memanagenya sekarang supaya kita tetap cemerlang meskipun tiap hari ketemunya bumbu bumbu lagi.
Selamat siang menjelang sore