Ntah sudah berapa lama Calya duduk dibawah pohon kersen melihat anak-anak bermain sepakbola disebuah lahan kosong. Wajah polos anak-anak telah menghipnotis Calya. Memberikan sebuah semangat baru untuk menjalani hidupnya yang nyaris berantakan.
Semilir angin sore yang lembut menyibakkan rambut panjangnya yang sengaja dibiarkan terurai. Anak-anak poninya menjadi tak beraturan. Menambah keeksotikan wajahnya.
Untuk beberapa saat Ia pejamkan matanya dan beberapa kali menghirup udara sore dalam-dalam.
“Non,kita pulang yuk?” ajak seorang paruh baya yang disambutnya dengan senyuman manis. Mereka berjalan bersisian menuju pondok.
Tak berapa jauh dari mereka,sepasang mata memperhatikan mereka dengan seksama. Wajahnya berseri setelah melihat Calya.
Setibanya di pondok bernuansa Jawa. Mereka dikejutkan oleh kehadiran seorang remaja tanggung menyapa mereka dengan ramah. Dia memberikan sebuah bingkisan untuknya. Dan pergi sebelum Calya mengucapkan terimakasih padanya.
“Siapa itu Non?”Calya mengangkat kedua bahunya bingung kemudian memberikan bingkisan itu pada Bik Imut. Aroma makanan menohok hidungnya.
“Bibik buka ya Non?”pintanya tak sabar. Calya menggangguk.
“Eh…mendoan gembus non!masih anget pula!” Bik Imut mencicipinya satu. Wajahnya sumringah
“Awas beracun bik” cegah Calya. Terlambat! Bik Imut sudah menelannya. Ia tertawa ternahak-bahak melihat kepanikan Calya. Calya terlihat gusar. Ia harus waspada,karena tak tahu siapa dan apa maksud pengirimnya. Jangan-jangan ada racun atau virus antrax didalamnya. Ia bergidik ngeri.Hih!
“Woles aja non,palingan juga ntar kleyengan” kata Bik Imut santai dan kembali tangannya mencomot satu mendoan gembus sebelum beranjak ke belakang untuk meneruskan pekerjaannya.