Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Cincin Berlian Menyelamatkan Pernikahan Kami

17 Januari 2014   14:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya share ini...sebagai pengingat dan pembelajaran saya, sebagai seorang wanita dan ibu. Dan saya berharap tulisan ini bisa menghibur para istri yang dilanda kegelisahan.Jangan Pernah menyerah, selama kita dekat dengan Allah..pasti ada jalan :)

Setiap pasangan suami istri, pastinya  ingin pernikahannya langgeng, tak ada keributan semua adem ayem. Begitupun saya, tiap sujud tak henti berdoa supaya diberkahi perkawinan yang langgen, tanpa ada masalah yang berarti.

Dan ternyata, doa saya terjawab dengan cara yang berbeda. Empat bulan sebelum ulang tahun perkawinan kami yang ke delapan, Tiba tiba perkawinan saya di terpa badai tanpa ada isyarat apapun. Nahkoda sudah lepas sekali, tinggal saya yang berjuang untuk tetap waras mengambil alih kemudi, supaya kapal itu tidak karam. Meskipun hati sudah hancur lebur…tapi saya yakinkan diri untuk bisa tersenyum, dan terus beraktifitas seperti biasa. Seperti tidak pernah ada masalah.


Beruntung, saya mempunyai anak yang hebat, keluarga dan teman yang semua support saya. Mereka seperti baterai yang terus memompa semangat saya.

Namun, ada kalanya hati saya menjerit, tiap melihat wajah ayu tanpa dosa anak saya. Badan saya limbung, pikiran aneh muncul. Mampukah saya menjalaninya sendiri, mendidik dia supaya menjadi anak yang sholehah dan bermanfaat bagi sesama. Tangis saya tergugu mengusap wajahnya.

“Jangan menangis mama,” suara yang memberikan kekuatan.


Disaat saya sangat tergoncang, biasanya saya membaca alquran, supaya hati tetap tenang. Dan entah kenapa disaat mengaji tersebut, seperti ada bisikan supaya saya menjual cincin berlian di jari manis saya. Cincin saya satu-satunya. Cincin pemberian suami tercinta. Mulanya saya abaikan, tapi hati ini seperti terus mendorong untuk menjualnya. Akhirnya saya jual cincin tersebut, dan hasilnya saya bagikan ke fakir miskin, anak yatim piatu dan janda miskin. Saya tidak mengambil sesenpun. Biarlah itu untuk sedekah saja.

Tiap malam, saya bangun untuk sholat tahajud, menangis sama Allah supaya diringankan beban yang ada di dada, supaya saya kuat menghadapi semua derita. Semua sudah saya pasrahkan kepadaNYA. Dan ikhlas menerima apapun yang akan terjadi nanti, meskipun itu buruk. Hati ini mulai tenang, dan akhirnya pikiran mulai terbuka. Secara runut saya tulis langkah apa yang harus saya tempuh. Dan memang Allah banyak mengirim malaikat untuk menolongku. Teman-teman yang sudah bertahun tak pernah bersua tiba-tiba datang, dengan rengkuhan yang indah. Menghibur dan memberi saya pekerjaan, sehingga tak ada lagi waktu untuk memikirkan masalahku. Pikiran saya sudah tidak kalut lagi, kalau memang sudah jodoh pasti kembali, kalau enggak ya anngaplah keindahan itu sampai di sini saja. Tidak usah disesali dengan cara mencari kambing hitam.

Dan Allah, memang mempunyai cara-cara yang unik, yang tidak bisa di trima dengan akal sehat. Saya yang sudah ikhlas melepas dan mulai enjoy dengan kesibukan pekerjaan sore itu di buat terkejut dengan kehadiran suami saya di kantor. Surprised suami saya meminta maaf dengan segala kekhilafannya dan ingin merajut mahligai yang telah koyak.

Apakah saya akan menerimanya dengan mudah, setelah menyakiti hati kami? Beberapa hari saya berfikir, saya juga meminta pendapat orangtua dan kakak. Semua berpendapat saya harus memaafkan kesalahan suami. Seorang sahabat yang sudah saya anggap kakak juga mengamini, supaya saya menerima SECOND CHANCE dari Allah, untuk kebaikan saya dan anak saya. Saya masih bergeming. Luka dihati saya masih berdarah.

“Sholat Istikharahlah , jika kamu bingung memutuskan sesuatu nduk” kata almarhum Abah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun