[caption id="" align="aligncenter" width="340" caption="sumber foto www.landryamps.com"][/caption]
Tinggal bareng mertua itu seneng seneng susah. Baik itu tinggal di IMI (istana mertua indah) atau tinggal dirumah sendiri dengan mengajak mertua.
Senengnya bagi orangtua yang sama sama sibuk bekerja. Mereka tak khawatir meninggalkan anak-anak tercinta, karena sudah ada mertua yang menjaga atau mengawasi. Susahnya bila cara pandang dalam mendidik anak itu berbeda dengan mertua. Bukan hanya alam pengasuhan anak, masalah sepele saja misalnya pake popok vs diaper bisa jadi perdebatan panjang. Bila tak dibicarakan lama-lama akan seperti api dalam sekam.
Seperti kasus salah seorang kawan, yang merasa tak dihargai sebagai ibu. Karena mertuanya dominan dalam pengasuhan anak-anak mereka. Tiap hari selalu ribut, karena perbedaan persepsi dalam pengasuhan anak. Si ibu mendidik anaknya supaya mandiri, sedangkan si nenek menolak mentah mentah cara si Ibu. Beliau Justru memberikan pengasuhan yang over protektif dan kenyamanan cucunya bak seorang princess yang selalu di layanin.
Sebagai ibu, saya mengerti perasaan kawan saya. Karena sayapun mengajarkan anak saya bisa mandiri, supaya nantinya dia bisa survive dan taft dalam hidupnya nanti. Disisi lain saya juga mengerti sikap mertuanya yang over protektif ke cucunya. Sebab orangtua saya juga bersikap sama, memanjakan cucu-cucunya. Apa yang diminta anak saya selalu diberi.
Agak susah memang ketika berhadapan dengan mertua. Mau komentar nanti salah, nggak komentar lebih salah lagi. Langkah apa yang bisa kita lakukan supaya hubungan kita menjadi langgeng. Jangan sampai gara gara urusan anak kita jadi berantem terus dengan mereka. Ingat mereka adalah orangtua suami dan nenek anak kita yang kudu kita sayang.
Ini ada beberapa tips yang bisa dilakukan:
1.Luangkan waktu dengan mertua dengan bicara dari hati kehati, bari minum teh dan sepiring camilan kesukaan mertua. Inget jangan langsung protes, dan to the point, berabe malah nanti. Putar music yang syahdu supaya suasananya tenang. Puji puji mertua dulu, setelah itu kita dapat mengeluarkan ganjelan dihati bagaimana ketakutan akan masa depan bila anak terlalu dimanja dan tak bisa hidup mandiri, sedangkan roda kehidupan berputar, dan ditutup dengan pengharapan kita dalam pengasuhan anak. Jangan sungkan untuk minta advise, karena mereka akan merasa sangat berharga sekali bila dilibatkan dalam kehidupan cucu-cucunya.
2.Pinta suami juga berbicara pada ibunya. Karena toh untuk kebaikan semua. Jangan malah menjelek-jelekkan mereka. Posisi kita sebagai istri tetap berada di tengah, sebagai penyeimbang. Bukan perusak. Sehingga tidak menyulitkan posisi suami. Jangan sampai posisi suami terpojok antara memihak kita atau orangtuanya.
3.Bila anak mulai besar buatkan mereka jadwal harian dan berikan tanggung jawab remeh temeh, misalnya menyapu halaman, merapikan tempat tidur, mencuci piring setelah makan sampai mencuci sepatu dan tas pada waktu hari libur. Puji mereka mereka bisa mengerjakan semua itu.
4.Selalu berpikir objektif di tiap masalah. Merenunglah sejenak, sehingga kita memiliki waktu untuk berpikir dari sisi pandangan mertua. Bukan dari sisi kita saja.
5.Berterimakasihlah pada apa yang mertua sudah lakukan untuk hidup kita.
Hidup dengan mertua memang tak mudah,namun bila dibicarakan baik-baik pasti ada jalan. So keep semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H