Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ingin Kupeluk Surga-MU

15 Juli 2015   21:05 Diperbarui: 15 Juli 2015   21:05 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajah wanita paruhbaya itu terlihat kusut, matanya tajam menyimpan amarah dan tekanan bathin yang luar biasa.

Wanita itu terus saja berbicara tiada henti, kadang dia menangis menceritakan kisah pilu hidupnya kemudian kata-katanya berubah menjadi amarah.

Kubelai kepalanya dengan lembut, untuk menenangkan amarahnya. Bukannya tenang, tanganku malah ditepisnya dengan kasar disertai omelan panjang tiada henti.

Aku berusaha untuk tegar, sampai dadaku sesak, hingga akhirnya aku tak kuasa lagi menahan airmata. Hati siapa yang tak sedih melihatnya.

Wanita paruh baya itu adalah ibuku. Sosok yang selama ini kurindukan,namun sepertinya diantara kami masih ada dinding kokoh karena kekerasan hati kami berdua.

Kucoba mengingat-ingat kenangan manis bersama ibu ketika aku masih kecil, namun entahlah...sepertinya memory manis itu tak pernah ada. Anehnya justru kenangan indah saat bersama ayah yang muncul. Kupinta otakku mencarinya lagi di tiap sudut file dan membacanya ditiap kata, namun sepertinya kenangan akan seorang ibu tak kutemukan.

Kemanakah sosok ibu? Kenapa tak meninggalkan kenangan manis samasekali dalam ingatanku?

***

Ibu adalah sosok wanita yang keras dan terkesan otoriter pada suami dan anak-anaknya. Setiap keinginannya harus dituruti.Maklumlah Ibu adalah anak tunggal. Sedangkan ayah sebaliknya, hatinya begitu lembut dan sangat penyayang. Beliau suka bercerita dan aku sangat suka sekali bermanja dengannya.

Tak pernah sekalipun Ayah protes ketika ibu memutuskan kerja ke luarkota sebagai penjahit. Karena gaji ayah sebagai guru honorer tak cukup untuk keperluan hidup sehari-hari. Akhirnya Ayah merawat Aku dan Kakak,kami berdua masih kecil, Kakak masih duduk di bangku SD sedangkan aku duduk dibangku TK.Hatiku sedih,beruntungnya kami tinggal bersama Simbah, sehingga aku bisa mencari sosok penggangi Ibu.Ibu jarang pulang, dikarenakan gajinya kecil yang cukup untuk membayar kontrakan dan biaya hidupnya sehari hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun