Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Waduh Hamil Lagi

26 Januari 2014   12:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27 1398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eits, ini bukan cerita saya lho.Ini adalah cerita dari seorang pemulung wanita, yang dua tahun ini saya kenal.

Perempuan, yang mungkin seumuran dengan saya, badannya kurus, kulitnya hitam manis karena sering terpapar matahari. Panggil saja namanya Tina.

Tina tidak setiap hari melakukan pekerjaan memulung, biasanya dia lakukan setiap hari sabtu dan minggu, keliling perumahan bersama krucilnya. Hari senen sampai Jumat dia sibuk dengan pekerjaan rumah tangganya. Tina memiliki 3 orang anak. 1 perempuan yang duduk di kelas 1 SD dan 2 anak laki laki yang berumur 6 dan 2 tahun. Anak-anaknya suka memanggil saya "BUDE"

Saya suka kasihan melihat mereka, khususnya anak-anak mbak Tina. Karena seringnya tidak mengindahkan panas dan hujan tetap saja jalan mencari barang bekas, botol plastik, kardus di tempat sampah.

Sore itu, langit mendung sekali.Awan pekat bergulung gulung dilangit. Dan hujanpun turun dengan derasnya di sertai petir. Di kejauhan saya lihat Mbak Tina berjalan tergopoh gopoh membawa 2 karung yang di bawa di pundaknya. Dua anaknya membuntutinya dari belakang. Baju mereka sudah basah kuyup.

“Mbak Tina, berteduh di sini saja? Panggil saya.

“Ndak usah Mbak, saya mau pulang, sudah sore” Jawabnya sambil mempercepat langkah.

Esoknya saya lihat Mbak Tina keliling komplek lagi. Saya perhatikan karungnya sudah mulai penuh. Di depan warnet, anaknya yang paling kecil merengek kecapean.

“Aku disini saja Bu” katanya

Saya yang mendengar…langsung mengiyakan.

“Biar sikecil menunggu di sini mbak” jawabku

“Ia bu..sama bude, aku nggak nakal”katanya polos. Mungkin mbak Tina merasa nggak nyaman dan malu anaknya dititipkan di tempatku, khawatir nakal dan menggangguku. Tapi melihat wajah anaknya yang kecapean dia hanya bisa mengiyakan.

“ Jangan ganggu bude ya nak”

Saya berikan camilan dan minuman kepada anak itu. Dan matanya terbelalak saat melihat banyak buku di warnet.

“Bude banyak bukunya, jualan buku ya bude, wah..bukunya ada banyak gambarnya”

“Nanti bude kasih buku ya”

“Bener bude”

Tak lama, Mbak Tina datang.

“Bu….aku tadi dikasih kue sama minuman dan buku sama bude”

“Sudah bilang makasih nak…”

“Sudah, bu…bukunya nanti jangan dijual ya bu. Aku suka melihat gambarnya”

Deg.saya sedih mendengarnya. Kekhawatiran seorang anak kecil.

Dan saya perhatikan juga perut Mbak Tina sedikit menyembul di balik baju dasternya. Malu malu saya bertanya.

“Hamil ya mbak”

“Ia mbak…baru masuk lima bulan” jawabnya malu malu.

Saya tidak bisa komentar lagi. Hanya merenung memikirkannya. Disaat saya banyak menunda untuk memiliki momongan lagi dengan berbagai alasan dan kekhawatiran yang kadang tidak masuk akal. Mbak Tina justru bersuka cita dengan kehamilannya, tak peduli meskipun pekerjaannya hanya pemulung. Tapi dia tak pernah khawatir, buktinya wajahnya selalu ceria. Ach

Anak memang memiliki rezeki tersendiri, tapi kenapa saya masih takut?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun