Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tips Memaafkan Pasangan yang Berselingkuh

30 April 2014   22:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:00 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di khianati oleh pasangan adalah hal yang paling menyakitkan setelah kematian Abah. Pasangan yang sangat kita cintai dan kagumi telah tega menyakiti hati kita. Mulanya saya membantah keras, membohongi fakta, tak mungkinlah pasangan saya tega menyakiti saya, wong ngedapetinnya saja susahnya minta ampun tujuh tahun dia lewati supaya dapet restu. Masak sekarang mau di tinggalin begitu saja. Logika saya masih berjalan.

Lambat laun mata saya terbuka, ada orang lain di hati pasangan? Yang bernafsu mau menggeser posisi saya, tanpa ampun dan malu. Saya kecewa,sakit hati dan marah. Saya menyalahkan pasangan, dan berasa hidup saya sangat menyedihkan sekali. Kok tega teganya dia menyakiti hati, tidak cukupkah saya berbakti padanya, resign bekerja, dan menjadi full time mother mengurus keluarga sambil mengurus bisnis kecil kecilan, tanpa pernah minta neko neko? Namun....saya mulai berpikir kembali, tak mungkin pasangan akan bertindak bodoh,tanpa saya turun andil.

Di depan cermin saya berkaca, “Pantas pasangan mencari yang laen. Coba lihat dirimu, wajah kusam, bodykek buldozer, rambut acak acakan, pakaian sering pake baju daster,urusan ranjang juga monoton, lantas apa menariknya? Sehari hari sibuk mengurus anak dan bisnis yang masih baru, lupa kalau punya pasangan. Yach Wajar saja!

Saya tertampar dengan jawaban didepan cermin. Ternyata apa yang saya sudah saya anggap baik, masih banyak memiliki kekurangan, saya terlalu nyaman,bangga dan pede sudah menjadi istri, sampai lupa merawatdiri, lupa mempraktekkan sex position yang ada dimajalah cosmo, lupa mengupgrade diri dan terlau sibuk dengan urusan rumahtangga, melupakan pasangan saya. Melupakan apa yang dia inginkan tanpa pernah bertanya. Sehari hari saya bagaikan robot, bangun jam sekian dan melakukan berbagai aktifitas rumah tangga yang melelahkan, menunggunya pulang kerumah serta melayaninya. Semua seperti sudah terschedule.Hidup rasanya monoton sekali.

Dari situ pikiran saya berubah, pertama kali saya merubah diri sendiri dulu, baik itu soal penampilan dll sambil menata hati dan hidup.Jangan sampai urusan ini memporak porandakan semua. Urusan pasangan, saya bertakwakal sama Allah semoga pasangan insyaf. Dialah yang lebih tahu apa yang terbaik buat saya.

Setelah pasangan insyaf dan meminta bersama kembali? Bagaimanakah tindakan kita?Menerima kembali pasangan yang sudah menyakiti hati adalah sesuatu yang tak mudah. Alasan utama adalah faktor anak, bukan saya saja, tetapi banyak perempuan bertindak begitu ( ini adalah hasil pengamatan ke sesama teman, tetangga, sodara) mereka mau menerima pasangannya kembali, karena takut anaknya tidak bahagia, takut anaknya tidak mendapatkan kasih sayang seperti kasih sayang bapak aslinya, takut anaknya mendapatkan perlakuan kasar, menerima pelecehan seksualdanketakutan lain yang tak masuk akal dari pasangannya kelak .Bukan karena takut untuk menjadi janda karena saya dan mereka sadar betul perkawinan bukanlah hanya urusan perut dan dibawah perut. Tentu saja mereka yang menyakiti bisa kembali dengan banyak syarat dan konsekuensi yang mereka harus trima suka atau tidak suka. Jika niatan tulus untuk kembali, saya yakin seberat apapun konsekuensi akan mereka terima sebagai bentuk permintaan maaf dan penyesalan.

Lantas Lemahkah saya? Oh tentu saja tidak! Saya anggap ini adalah ujian yang harus saya terima dan pelajari di universitas yang tak ada kelasnya. Saya harus bisa berjiwa besar. Apakah saya bisa memanage emosi yang seperti permainan ular tangga. Dan apakah saya juga bisa memaafkan orang orang yang menyakiti hati. Bukan hanya di mulut saja tapi di hati juga ikhlas. Susah! Memang! prosesnya butuh waktu, semua tergantung kita, mau cepet melupakan atau tetap menangis lebay sambil menggigit jempol, bilang ora popo padahal memendam rasa sampai sakit sakitan. Apakah itu nggak merugikan diri sendiri?

Akhirnya saya ingin berbagi bagaimana saya bisa melewati semuanya:

1.Selalu mendekatkan diri padaNYA, minta pertolongan agar selalu di kuatkan dan diberi jalan terbaik.

2.Perbanyak sedekah, insyaallah ini juga akan membantu.

3.Lakukan meditasi, saya melakukan meditasi bukan dengan membaca mantra tapi dengan membaca istigfar, memohon ampun atas segala dosa yang selama ini saya perbuat.

4.Percantik diri meskipun tak harus selalu pergi ke salon, merawat diri sendiri dirumah juga oke,

5.Selalu mengupgrade diri. Pasangan mana sih yang demen dengan perempuan OON, meskipun kita tak sepandai Najwa Shihab cukuplah kita sebagai teman diskusi yang menarik.

6.Bertemanlah dengan orang orang yang suka humor, positif thingking,selalu bersemangat dan tak mudah mengeluh.

7.Sibukkanlah diri, ntah itu bekerja atau menyalurkan hobby yang kita sukai, misalnya berkebun, atau menulis.

Ya sudah, itu saja. Semoga bermanfaat.

#catatan refleksi diri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun