Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Tips Ampuh Menyapih Anak

22 Januari 2015   18:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:36 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat hamil, saya sudah berkeinginan untuk memberikan ASI kepada anak saya. Alhamdulillah keinginan itu terwujud apalagi Key kecil dulu lahirnya BBLR yang menurut dokter anak disarankan lebih baik memberikan ASI. Karena ASI bisa melawan infeksi. Bayi BBLR rentan terkena infeksi karena imunitas mereka kurang. Jadi ASI adalah makanan yang terbaik untuk mereka.

Moment memberikan ASI bagi saya adalah sesuatu yang sangat menakjubkan, apalagi saat pertama kali memberikan ASI, waduh seru bingit. Saya sampai nangis nangis bukan karena terharu, tapi karena rasa sakit saat Bayi Key mengisap puting saya. Kenapa gusinya seperti silet yang mengiris ngiris kulit saya. Saat itu ada pemberontakan dalam diri, saya tak mau menyusui, biar minum susu formula saja. Kemudian saya lihat mata Key, oalah nduk jahat bener mamamu ini ya. Masak gegara sakit sedikit sudah mau menyerah menyusui bayinya sendiri. Akhirnya saya susui lagi Key, meskipun sambil menangis. Melihat mamanya menangis Key juga ikutan menangis. Sampai orangtua dan suami saya sampai bingung harus bagaimana melihat kami berdua menangis.

Setelah itu, acara menyusui jadi lancar dan menjadi ajang edukasi. Saya biasa mendendangkan lagu atau membacakan cerita untuknya. Seneng banget ketika melihat wajahnya tersenyum terhanyut dengan lagu yang saya nyanyikan. Hehhehe gini gini saya juara lomba nyanyi tingkat kamar mandi. Atau ketika dia jatuh tertidur dengan membawa cerita dalam mimpinya.

Namun, ketika Key sudah mulai besar. Ia sudah lancar berbicara dan aktif berlari kesana kemari. Ajang menyusui menjadi suatu dilema. Key susah dibujuk dengan yang lain, misalnya air. Bila sudah waktunya “menyusu”. Kapanpun dimanapun harus dikasih. Yang repot bila tak ada tempat “sembunyi” buat menyusui. Haduh gimana gitu.

Akhirnya saya meminta ijin suami mau menyapih Key. Sebelumnya saya berkonsultasi dengan dokter anak langganan kami. Menurut dokter lebih baik cara menyapihnya pelan pelan, biar dia tidak kaget dan rewel. Contohnya gini biasanya waktu menyusu tiap 6 jam sekali atau menjelang tidur pagi atau malam. Hari pertama dan kedua ada waktu yang dihilangkan, misalnya menyusuinya di waktu malam saja atau di pagi hari saja. Bila anak rewel cari alternative lain dengan memberikan susu formula sesuai dengan umur anak atau air putih. Dengan catatan susu atau air putih tersebut jangan di berikan dengan botol susu tapi dengan gelas atau gelas yang ada tutup moncongnya. Lho emang kenapa? Sama aja dong kalau diberikan dengan botol susu kita akan menyapihnya lagi nanti, malah lebih susah karena sudah ada kemelakatan dengan anak.

Hari pertama menyapih.

“Mama, nyonyok” pinta key memberikan isyarat mau menyusu.

“Key mau minum susu atau air”Tanya saya

“Nyonyok” sambil mendekat dan meminta di pangku.

Minum Susu ini saja ya nak, sambil menawarkan segelas susu padanya

Ia menggeleng dan mulai gusar.

“Lihat punya mama sakit nih, sambil memperlihatkan plester yang sengaja saya tempel”

Dengan muka kecewa, beringsut mundur dan memilih meminum air sebagai gantinya.

Malamnya saya kasih kesempatan Key menyusu.

Hari Kedua Menyapih

Kali ini siasat saya gagal. Key tak percaya dengan plester. Tanganya gesit membuka plesternya. Karena semalam saya bisa menyusuinya. Helah gagal.

Kemudian ada tetangga Bali saya yang kasih nasehat supaya saya menyapihnya dengan DAUN PARE. Cukup di remas remas dan dioleskan ke putting sebelum menyusui.

Beruntungnya dirumah ada tanaman Pare karena saya suka memasaknya, meskipun rasanya pahit.

[caption id="" align="aligncenter" width="268" caption="sumber foto. Kalteng.litbang.pertanian.go.id"][/caption]

Akhirnya saya coba tips tersebut, Key langsung nggak doyan dan emoh. “Pahit mama, Key nggak mau”

Setelah itu acara menyapih saya sukses tanpa rewel dan tangisan sama sekali. Yes yes yes !!!!!!!!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun