Sore, menatap lekat dirinya saat itu
Dengan penuh air mata
Hujan tak kunjung reda
Langit abu-abu, beradu perihal waktu
Semesta lain memanggil
Seraya sore berjalan menuju malam
Ia bertutur perihal matahari
"Matahari ahlinya, kau tahu?.Ia memberi sinar pada pagiku, aku meminta untuk tetap memberi sinar hingga sore tiba. Ia memberi hias kepalaku, ia memberikannya tepat. Sungguh matahari ahli," tutur semesta lain.
"Matahari juga memberiku arti, yang ada akan selalu menjaga," tutur semesta lainnya.
"Matahari baik, namun aku ialah satu titik cahaya yang tertumpuk dan terlihat di antara ratusan cahaya di sekitarnya. Dan tak akan terlihat olehnya," tuturku.
Tiga belas hari mengarungi
Kau bersembunyi
Dibalik ruang yang sedang kau singgahi
Dibalik tutur singkat
Rinai-rinai hujan menjenguk pelupuk mata langit kala itu
"Adakah satu tanya yang tertinggal untuk semestaku?"
Hanya akan menguburnya dalam sebuah angan yang tak sempat disemaiÂ
Tiga belas hari,berhenti menunggu jawab di depan pintu itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H