sumber: akun official Instagram BVB09
Ada pepatah di kalangan pencinta Bundesliga yang mengatakan, "Semua akan Bayern pada waktunya". Hal ini merujuk pada kebiasaan Bayern Munchen yang suka "main comot" atau menggembosi kekuatan rivalnya dengan cara mengambil bintang-bintang klub lain di Bundesliga. Di era 2000-an ada beberapa contohnya. Mulai dari jaman "Si Mr.Runner Up" Michael Ballack, kapten timnas Jerman saat ini Manuel Neuer, dan yang terfenomenal tentu saja transfer duo pemain milik Borussia Dortmund, Mario Gotze dan Robert Lewandowski.Â
Kedatangan keduanya ke Munchen membawa kisah unik masing-masing. Transfer Mario Gotze saat itu pada tahun 2013 sangat menghebohkan karena berlangsung menjelang final Liga Champions yang pada akhirnya sama-sama kita tahu dimenangi Bayern Munchen. Gotze yang kala itu masih berusia 20 tahun mengaku mengalami cedera hamstring sehingga tak bisa tampil di final laga antarklub terfenomenal di dunia bal-balan tersebut.Â
Sementara itu kedatangan Lewy ke Bayern Munchen setahun kemudian didapatkan secara cuma-cuma alias nol rupiah! (nggak kalah sama DP rumah masa kini hehe). Sebuah langkah dari Bayern Munchen yang makin menasbihkan mereka sebagai tukang comot. Udah nyomot, cari gratisan pula! Hadeehhh.
Sementara itu tanggal 28 Juni 2019 mungkin menjadi hari yang membahagiakan sekaligus menyedihkan bagi para fans Bayern Munchen. Hal itu dikarenakan salah satu pemain andalannya yaitu Mats Hummels resmi hijrah ke sang rival Borussia Dortmund dengan banderol diperkirakan mencapai 38 juta Euro. Mats Hummes resmi diperkenalkan oleh Dortund dan akan mengenakan kostum bernomor 15.Â
Klub yang bermarkas di Signal Iduna Park ini sebelumnya juga telah mencomot beberapa bintang Bundesliga berlabel timnas. Bahkan tak tanggung-tanggung jumlahnya, tiga sekaligus! Ketiga pemain itu adalah bek kiri Hoffenheim Nico Schulz, si lampu Hazard dari Borussia Monchengladbach, dan yang terakhir mengalahkan Liverpool dalam perburuan pemain multifungsi Julian Brandt dari Leverkusen.Â
Nama pertama dan terakhir adalah langganan timnas Jerman. Sedangkan nama kedua adalah langganan timnas Belgia asuhan Roberto Martinez. Pembelian ini dilakukan menggunakan hasil penjualan Christian Pulisic ke salah satu klub Liga Primer Indonesia *eh Inggris maksudnya yaitu Chelsea. Dalam transfer ini Borussia Dortmund melakukan langkah yang ciamik dan joss gandoss poll karena pada akhirnya Dortmund "bathi akeh" kalau menggunakan istilah wong dodolan. Dengan hanya menjual Pulisic seorang, mereka hanya tombok 11 juta Euro untuk mendapatkan tiga pemain pengganti dengan kualitas mak nyuss.Â
Setelah berita transfer yang dilakukan Dortmund diresmikan ternyata respon pencinta bola di media sosial adem ayem saja. Borussia Dortmund sebagai rival abadi Bayern Munchen ternyata tidak dicap dengan stereotype tukang bajak oleh netizen. Kondisi yang adem ayem ini entah karena tidak begitu familiarnya nama pemain Bundesliga, atau tidak pedulinya lagi pencinta bola terhadap liga Jerman karena sudah tau juaranya itu-itu lagi. Beda jauh dengan liga Indonesia yang sangat seru karena selain tidak bisa ditebak juaranya juga tidak bisa ditebak jadwal pertandingannya. Â
Hal ini sangat berbeda apabila Bayern Munchen yang melakukannya. Sekali comot pemain dari klub Bundesliga lain maka pencinta bola dan massa langsung memprovokasi dengan mengatakan "Dasar Tukang Comot!", "Tukang Bajak!", dan sumpah serapah lainnya. Pencinta bola dan netizen maha benar pasti langsung memberi komentar, "Gimana Bundesliga mau seru, kalau Bayern Munchen terus membajak dan mengambil pemain dari klub-klub pesaingnya di Bundesliga".Â
Mereka mungkin lupa bahwa di musim ini Bundesliga berlangsung sangat seru, bahkan mungkin jadi yang terseru di antara lima liga top Eropa. Perebutan gelar juara, jatah terakhir UCL, bahkan jatah main di Liga Malam Jumat berlangsung sengit hingga pekan terakhir. Tidak seperti Liga Italia atau Liga Spanyol yang pemenangnya dapat diketahui sebelum real count pertandingan terakhir dilakukan. Tentu ini hal yang sangat positif di tengah maraknya isu yang melabeli Bundesliga sebagai Bayernliga.
Saya sebagai fans Bayern Munchen sejak zaman awal 2000-an ketika masih digawangi "Si Raksasa" Oliver Kahn, tentu sakit hati dan tidak terima kalau klub favorit saya dilabeli sebagai tukang bajak dan tukang comot pemain rival. Mengapa hanya klub favorit saya yang mendapat perlakuan menyakitkan seperti itu padahal klub rival juga melakukan hal yang sama?Â