Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Tentu saja bahasa slang diperlukan untuk membuat percakapan yang berlangsung menjadi lebih asik dan seru.Â
Apa itu bahasa slang? Wilis (dalam Rosalina, Auzar, dan Hermandra, 2020, h. 78) berpendapat bahwa slang adalah hasil daya temu kebahasaan, terutama pada kaum muda yang menginginkan istilah-istilah yang baru, segar, asli, dan mudah untuk mereka gunakan saat berkomunikasi. Dapat disimpulkan bahwa bahasa slang merupakan bahasa gaul yang kita gunakan dalam keseharian kita.
Seiring berjalannya waktu dari generasi ke generasi semakin banyak pula bahasa gaul yang kita temui. Seperti halnya saat ini sebagian besar remaja menggunakan bahasa gaul dalam berkomunikasi, contohnya kata 'sabi' yang artinya bisa, kata 'kuy' yang merupakan ajakan untuk bergabung, kata 'ambyar' yang merupakan sebutan untuk seseorang yang hatinya sedang kacau, kata 'halu' atau halusinasi yang biasanya ditujukan kepada orang yang suka berkhayal, dan kata 'mantul' atau mantap betul yang merupakan ungkapan apresiasi (Kumparan.com). Remaja pada zaman sekarang ini dikenal dengan sebutan generasi Z.Â
Namun, tidak hanya generasi Z yang menggunakan bahasa gaul, generasi X yang berada di era 90-an juga mempunyai bahasa gaul mereka sendiri. Akan tetapi, sebagian besar generasi Z akan asing jika mendengar bahasa gaul di generasi X. Mungkin saja mereka tidak sadar bahwa di zaman tersebut sudah ada bahasa gaul yang tentu berbeda dengan zaman sekarang. Maka dari itu, mari kita gali lebih dalam tentang bahasa gaul generasi X.Â
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan dua orang yang berasal dari generasi X, penulis menemukan beberapa bahasa gaul yang digunakan di generasi tersebut. Narasumber pertama merupakan seorang wanita asal Yogyakarta yang berumur 45 tahun. Menurut beliau, bahasa gaul yang digunakan saat remaja diantaranya adalah kata 'bokin', 'temon', dan 'gondes'.Â
Kata 'bokin' sebagai sebutan untuk pasangan, baik itu pacar maupun suami atau istri. Pada era 90-an, sebutan 'bokin' ini sangat sering digunakan, terlebih lagi ketika bertanya tentang keberadaan pasangan, seperti "Bokin-mu sudah pulang?". Selanjutnya kata 'temon' yang artinya adalah perempuan. Sebutan 'temon' ditujukan kepada kekasih perempuan.Â
Biasanya ketika seorang laki-laki memperkenalkan kekasih barunya, "Kenalin ini temon-ku". Terakhir, kata 'gondes' yang merupakan singkatan dari gondrong desa. Kata 'gondes' ini digunakan sebagai bahan ledekan di kalangan remaja pada era 90-an, seperti "potongan rambutmu gondes sekali".
Narasumber selanjutnya adalah seorang pria asal Jambi yang berumur 51 tahun. Menurut beliau, bahasa gaul di masa remajanya adalah 'ember' dan 'wakuncar'. Dalam kondisi ini, kata 'ember' bukan merupakan kata benda, melainkan singkatan dari memang benar. Kata 'ember' sendiri biasanya mewakili ungkapan persetujuan dari seseorang.Â
Contohnya ketika seorang teman mengajukan pendapat, "Menurut saya, kata-kata Dina sudah mewakili perasaan kita", yang disetujui oleh teman lainnya dengan mengatakan "Ember...". Selanjutnya kata 'wakuncar' yang merupakan singkatan dari waktu berkunjung ke rumah pacar. Oleh karena itu, 'wakuncar' biasanya digunakan ketika ingin berpamitan, contohnya ketika sedang berkumpul dengan sekelompok teman, salah satu diantaranya izin pulang dengan alasan, "biasalah, wakuncar...".