LIBURAN ANTI RIBET, EKONOMI ASEAN SEMAKIN KUAT DENGAN KONEKTIVITAS SISTEM PEMBAYARAN LINTAS BATAS BERBASIS FAST PAYMENT LIBURAN KE LUAR NEGERI TIDAK PERLU TUKAR UANG CUKUP PAKAI QR-CODE
Dilansir dari laman Badan Pusat Statistik pada tahun 2023, seiring dengan longgarnya kebijakan peraturan pembatasan wabah COVID-19 yang sudah dapat dikendalikan. Sektor perekonomian negara-negara ASEAN termasuk Indonesia berangsur-angsur mulai bangkit. Salah satunya adalah dari sektor pariwisata. Pariwisata sendiri merupakan salah satu sektor ekonomi yang pertumbuhanya relatif lebih cepat pasca wabah COVID-19, banyak orang-orang berbondong-bondong untuk melakukan wisata baik di dalam maupun di luar negeri untuk menghibur diri karena kurang lebih 2 tahun diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna mengendalikan wabah COVID-19.
Diawali dengan terselenggaranya Presidensi G20 pada bulan November 2022 lalu di Bali, ternyata Indonesia dianggap berhasil dalam memfasilitasi Presidensi G20 tersebut, bahkan Indonesia dipercaya untuk mengemban amanat penting dalam mewujudkan "Keketuaan ASEAN 2023", dengan menggagas tema "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth", dimana "ASEAN Matters" mengandung makna bahwa Indonesia bercita-cita menjadikan ASEAN tetap penting dan relevan bagi masyarakat ASEAN dan dunia. Sedangkan "Epicentrum of Growth" dimaknai bahwa Indonesia ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan dan dunia. ASEAN sendiri memiliki peran vital bukan hanya bagi negara di dalam kawasan, tetapi juga bagi dunia. Baik berperan sentral sebagai motor perdamaian maupun kesejahteraan kawasan. Indonesia mengupayakan untuk memperkuat posisi ASEAN sebagai kawasan yang stabil dan damai. Indonesia juga berupaya secara konsisten menjunjung tinggi hukum internasional, memperkuat kerjasama dan tidak menjadi proksi dari kekuatan manapun, sehingga ASEAN mampu menjadi kawasan yang kuat, inklusif, serta memiliki pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Sebagai Ketua, pada tahun 2023, Indonesia akan fokus dalam memperkuat ASEAN menjadi kawasan ekonomi yang tumbuh cepat, inklusif, dan berkelanjutan. Tujuan upaya memperkuat tersebut adalah untuk memperkuat kapasitas dan efektivitas kelembagaan ASEAN agar mampu menjawab tantangan 20 tahun ke depan. Indonesia memiliki tekad bulat untuk menjadi promotor menuju ASEAN 2045, yang lebih adaptif, responsif, dan kompetitif. Untuk memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadikan Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan dunia yang berkelanjutan. Dan memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi ASEAN hampir selalu berada di atas rata-rata dunia, serta untuk menopang pertumbuhan yang berkelanjutan, kerja sama di ASEAN harus terus ditingkatkan, khususnya dalam bidang ketahanan pangan, ketahanan energi, kesehatan, dan stabilisasi keuangan. Sudah saatnya ASEAN unjuk gigi sebagai pusat "episentrum pertumbuhan". Dan semua itu perlu diperjuangkan dengan cara "ASEAN way" yang segaris dengan semangat kerja sama dan implementasi prinsip Piagam ASEAN.
Sebagai wujud komitmen untuk melanggengkan pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia menjalin kerja sama dengan Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT) untuk bersama-sama melakukan eksplorasi potensi konektivitas sistem pembayaran berbasis fast payment di ASEAN. Melalui pelaksanaan Proyek Nexus yang saat ini terdiri dari tiga tahap, dibarengi dengan menggandeng Bank for International Settlements (BIS) dalam menjelajah potensi konektivitas pembayaran berbasis fast payment di ASEAN, diharapkan kerja sama tersebut sekaligus menjadi kelanjutan dari Nota Kesepahaman (NK) Kerja Sama Konektivitas Pembayaran Kawasan yang ditandatangani oleh kelima bank sentral tersebut pada 14 November 2022 lalu.
Pada tahap awal Proyek Nexus adalah sebuah kajian yang dilakukan oleh BIS dalam mewujudkan skema multilateral untuk menghubungkan sistem pembayaran berbasis fast payment di berbagai negara, selanjutnya di Proyek Nexus tahap kedua, BIS bersama BNM, MAS, dan Banca d'Italia melakukan kajian dan uji coba teknis konektivitas pembayaran berbasis fast payment. Saat ini dalam Proyek Nexus Tahap ketiga, yang akan dilakukan Bank Indonesia bersama BIS, BNM, BSP, MAS, dan BOT adalah melakukan kajian mendalam terkait potensi konektivitas pembayaran berbasis fast payment yang akan meliputi skema organisasi dan tata kelola, model bisnis dan adopsi komersial, serta teknologi dan operasional Tahap ketiga sendiri direncanakan akan dilaksanakan mulai April 2023 hingga Maret 2024.
Keterlibatan Bank Indonesia dalam Proyek Nexus merupakan salah satu implementasi dari NK Kerja Sama Konektivitas Pembayaran Kawasan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 November 2022, dan salah satu agenda prioritas jalur keuangan Keketuaan Indonesia pada ASEAN 2023. Tahapan Proyek Nexus ini akan menjadi langkah strategis sekaligus upaya bersama untuk menjalin konektivitas sistem pembayaran yang lebih luas. Bank Indonesia terus berkomitmen untuk mewujudkan konektivitas sistem pembayaran yang lebih cepat, murah, mudah, transparan dan inklusif.
Sebelumnya, Bank Indonesia bersama dengan bank sentral negara kawasan telah menyepakati kerja sama pembayaran berbasis QR Code lintas negara (cross-border QR payment linkage), menurut pengertian dari Bank of England, transaksi cross border atau lintas batas merupakan sebuah transaksi keuangan yang memungkinkan pembayar dan penerima berada di negara yang berbeda. Pada 29 Agustus 2022 lalu, Bank Indonesia Bersama dengan BOT telah bersepakat untuk mengimplementasikan kerja sama pembayaran berbasis QR Code lintas negara. Di saat bersamaan juga telah disepakati inisiasi kerja sama antara Indonesia dan Singapura. Sementara dengan BNM justru telah diluncurkan uji coba interkoneksi pembayaran antarnegara menggunakan QR Code antara Indonesia dan Malaysia pada 27 Januari 2022 lalu.
Diharapkan, dengan adanya pendalaman melalui Proyek Nexus pada tahap ketiga ini, konektivitas sistem pembayaran lintas batas berbasis fast payment dapat dimanfaatkan sebagai infrastruktur sistem pembayaran untuk memfasilitasi pembayaran ritel yang dapat diakses setiap waktu (realtime) dapat dimanifestasikan guna mendorong terwujudnya transaksi lintas batas yang lebih murah, mudah, aman, inklusif, dan transparan. Berbagai manfaat lain adalah akses sistem pembayaran lintas batas yang mampu menjangkau UMKM, memfasilitasi remitansi, termasuk untuk Pekerja Migran Indonesia (PMI), serta memudahkan transaksi bagi para wisatawan yang melancong ke manca negara tanpa ribet tukar menukar uang dulu dan pastinya akan membangkitkan sektor pariwisata agar lebih ramai lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H