Mohon tunggu...
Fidelia Ekana
Fidelia Ekana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Student

Everyone has sadness, but sadness is the beginning of joy

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bisa Murah Kenapa Harus Mahal? Sewa di Sini Saja!

9 Maret 2021   17:15 Diperbarui: 9 Maret 2021   18:00 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(The circuit of culture, n.d.)

"Bisa murah kok"

 "Sebulan cuma 40k lho, yuk langsung chat"

"Dijamin aman dan bergaransi lhoo, sewa disini ajaa.."

Apa yang terlintas di pikiran anda jika mendengar atau membaca kalimat-kalimat tersebut di waktu-waktu dekat ini. Jika hal yang muncul dalam pikiran anda adalah platform streaming film, anda sepemikiran dengan saya. Semenjak pandemi COVID-19 melanda Indonesia, masyarakat terpaksa untuk banyak tinggal di dalam rumah (stay home). Hal ini membawa dampak besar bagi masyarakat dari berbagai sisi. Baik dari sisi pendidikan dimana para pelajar harus belajar secara online, kemudian para pengajar dan pekerja di bidang lainnya banyak yang dialihkan untuk melakukan WFO (Work from Home), dan sebagainya. Hal ini tentunya membuat masyarakat jenuh dan bosan, karena aktivitas diluar yang biasa dilakukan seketika harus berhenti.

Dikarenakan kebosanan dan kejenuhan tersebut, masyarakat berupaya mencari hiburan-hiburan yang dapat mengisi kekosongan waktu mereka. Platform streaming film-lah jawabannya. Contoh-contoh platform streaming film yang dimaksud adalah Netflix, Disney Hotstar, Viu, WeTv, dan sebagainya. Keramaian semakin memuncak dikala pihak Telkom membuka blokirnya terhadap platform streaming film "Netflix" yang membuat masyarakat berbondong-bondong mendaftarkan akun Netflix.

Disamping itu semua, satu hal yang dapat menjadi perhatian yaitu pengaruh munculnya banyak platform streaming film dalam hal kebudayaan di masyarakat. Biasanya jika anggota masyarakat ingin menonton film, bioskop-bioskop terdekat menjadi lokasi tujuan utama. Tetapi dikarenakan kondisi yang mengharuskan masyarakat untuk tidak boleh berada di keramaian, ditambah dengan ditutupnya bioskop-bioskop pada saat itu (awal terjadi pandemi), maka banyak pihak-pihak terutama pihak dalam industri film harus memutar otak untuk memasarkan film-nya. Hal tersebut semakin mendukung eksistensi platform streaming film karena banyak sekali film bioskop yang mulai menjadikan platform streaming film sebagai tempat perpindahan online dari bioskop. Kebudayaan yang berubah adalah kebiasaan masyarakat yang sebelumnya menonton film harus membeli tiket terlebih dahulu dan harus berpindah tempat (pergi) ke bioskop berubah menjadi kemudahan menonton film dimana saja, tanpa harus membeli tiket untuk dapat menonton hanya satu film saja. Perubahan ini juga memberi dampak pada bioskop-bioskop yang saat ini sudah mulai beroprasi kembali dimana jumlah penonton yang mau untuk menonton langsung di bioskop berkurang drastis, baik dikarenakan pertimbangan kesehatan dan juga karena adanya platform streaming film yang memfasilitasi penontonnya untuk dapat menonton film dimana pun dan kapan pun.

Jika berbicara soal kebudayaan, terdapat salah satu studi dalam kebudayaan yang wajib untuk dipelajari yaitu "Circuit of culture". Circuit of culture sendiri terdiri dari lima konsep yaitu representation, identity, production, consumption, dan regulation.

(The circuit of culture, n.d.)
(The circuit of culture, n.d.)

Representation atau representasi yang dimaksud disini adalah bagaimana suatu hal dapat merepresentasikan sesuatu. Kemudian identity atau identitas. Lalu production yaitu bagaimana suatu hal baik fisik maupun non-fisik diproduksi. Consumption yaitu bagaimana suatu hal dikonsumsi oleh penggunanya, dan yang terakhir yaitu regulation yang berisi tentang aturan-aturan yang mengatur tentang suatu hal yang dimaksudkan (Champ & Brooks, 2010).

Mari kita kembali ke pembahasan awal yaitu tentang kehebohan platform streaming film. Tidak hanya berhenti pada kehebohan pihak Telkom yang membuka blokirnya pada platform streaming film "Netflix", tetapi juga kehebohan tentang harga sewa dari platform streaming film yang cenderung mahal. Contohnya seperti harga sewa akun Netflix untuk satu bulan dapat berkisar dari Rp54.000-Rp186.000. Nominal harga tersebut dianggap oleh kebanyakan masyarakat Indonesia sebagai harga yang tergolong mahal. Permasalahan ini dilihat sebagai peluang pendapatan bagi beberapa kalangan masyarakat sehingga muncul banyak penjual akun platform streaming film dengan harga yang murah. Seperti, penjualan akun Netflix murah yang memberikan penawaran harga Rp30.000 untuk sewa akun satu bulan. Contoh lainnya yaitu penjualan akun Disney+ Hotstar dengan harga hanya Rp20.000'an untuk sewa satu bulan (harga asli untuk sewa satu bulan akun Disney+ Hotstar adalah Rp39.000).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun