"Otak panas tapi bikin kepo" adalah kalimat yang pas untuk menggambarkan apa yang dirasakan saat melakukan pengamatan atau analisis terhadap kondisi sosial. Bagaimana bisa? Apa yang membuat kita semakin ingin tahu (kepo)? Sebelum itu, kita harus berkenalan terlebih dahulu dengan apa itu analisis sosial.
Terdapat banyak definisi analisis sosial dari beberapa tokoh. Menurut Mahardika, analisis sosial adalah alat untuk mendapat gambaran lengkap mengenai situasi sosial, hubungan-hubungan struktural, kultural, dan historis, sehingga memungkinkan untuk menangkap dan memahami realitas yang sedang dihadapi.
Kemudian Holland dan Henriot juga menyebutkan bahwa analisis sosial adalah usaha memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan-hubungan historis dan strukturalnya (Makinuddin & Sasongko, 2006, h. 37-38).Â
Maka dapat dipahami bahwa analisis sosial menjadikan situasi atau kondisi sosial sebagai hal yang diamati. Kondisi sosial sendiri adalah suatu keadaan atau situasi dalam masyarakat tertentu yang berhubungan dengan keadaan sosial yang dapat membawa pengaruh terhadap individu maupun kelompok (Basrowi & Juariyah, 2010).
Menganalisis kondisi sosial dapat membuat otak kita panas. Mengapa? Karena dalam analisis sosial terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui, yaitu (Raditya, 2020):
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, pelaku analisis menentukan target sasaran komunitas yang dituju.
2. Tahap Kunjungan Lapangan
Pada tahap ini, pelaku analisis sosial mengumpulkan informasi mengenai kondisi atau permasalahan yang sedang dialami oleh komunitas sasaran. Informasi dapat diperoleh melalui wawancara dengan anggota komunitas, pengamatan pada komunitas, dan sebagainya.