Mohon tunggu...
Fidelia Harris
Fidelia Harris Mohon Tunggu... Lainnya - Marketing

Lupakan soal kegilaan… lupakan soal sampah.. lupakan soal mutu.. lupakan soal keyakinan.. lupakan soal teori.. lupakan soal anjing yang menggonggong dan kucing yang mengeong.. "aku cuma mau nulis" so what??

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berakhir

13 November 2013   10:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:14 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini aku kembali memulai lagi menata perasaanku, entah apa yang terjadi semalam ketika aku memutuskan segalanya harus berakhir... Sanggupkah? rasa sakitnya begitu hebat menusuk hati.

Cinta?? Ahh.. Payah! Sejak dulu aku tak percaya cinta bisa melemahkanku.. Sejak dulu aku terlahir sombong untuk bisa pegang kendali atas perasaan orang lain, aku jagonya memutarbalikan perasaan, membuat orang menangis dan terhempas atas perlakuanku.. Akulah dewi cinta yang dengan mudahnya membuat orang jatuh cinta, lalu meninggalkannya saat ku bosan.

Cinta bagiku tak lebih dari sebuah mainan yang dapat aku buang dan ganti seenaknya..

Kali ini berbeda..

Ada sesuatu yang aneh aku rasakan beberapa hari ini. Hari?? Rasanya bukan.. Aku sudah memperhatikannya setahun yang lalu, bagaimana dengan pesonanya dia melewatiku tanpa sempat menyapa atau bahkan melirik. Saat itu aku bersumpah akan membuatnya jatuh cinta padaku..

Lalu aku mengetahui dirinya tak lagi sendiri dan aku tak layak memisahkan cinta mereka, terlebih sudah lahir buah hati mereka. Aku cukup sadar diri untuk mundur teratur dan melupakan semuanya. Lalu aku memilih meneruskan perjuanganku dengan lelaki lainnya, lelaki yang menjadi sahabatku selama bertahun-tahun, lelaki yang rela mati demi menyelamatkan nyawaku. Rasanya lebih adil jika aku memperjuangkan lelaki ini dibandingkan dirinya. Meski cinta itu tak pernah ada diantara kami, cinta? Bukannya sudah kubilang cinta itu hanya omong kosong belaka..

Setahun berlalu entah apa yang membuat aku dan dia dekat, entah ini sebuah kutukan atau ujian terberatku.. Tuhan, aku sudah berjanji padamu akan mengikatkan hati hanya untuk sahabatku ini tapi mengapa hari ini rasa itu kembali muncul?

Kedekatan ini semakin membuatku takut untuk membuka mata, seolah-olah lebih bahagia tenggelam dalam mimpiku sendiri daripada harus menikmati sakitnya hari tanpa melihatnya.

Aku sadar situasi ini menyesakan dada... Rasanya aku ingin berteriak dan memaki kebodohanku yang terbuai oleh pesonanya.. Rasanya aku ingin sekali mencaci kesombonganku menilainya.

Lalu aku putuskan untuk melupakannya, sama seperti pertamakali aku melihatnya. Menyakitkan memang, tapi setidaknya aku belajar satu hal "jangan main-main dengan hatimu"

Aku merapatkan tirai agar tak ada lagi hati yang bisa aku masuki lebih dalam... Aku menatap pagi yang masih menggoreskan luka semalam, sesaat setelah kami memutuskan untuk saling melupakan perasaan ini.

Ah.. Aku merindukannya... Masih merindukannya, perasaan yang sama saat pertamakali aku jatuh cinta padanya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun