Mohon tunggu...
Fidelia Harris
Fidelia Harris Mohon Tunggu... Lainnya - Marketing

Lupakan soal kegilaan… lupakan soal sampah.. lupakan soal mutu.. lupakan soal keyakinan.. lupakan soal teori.. lupakan soal anjing yang menggonggong dan kucing yang mengeong.. "aku cuma mau nulis" so what??

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saat Hati ku Sekarat

10 November 2012   13:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:40 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kisah setahun yang lalu :

jangan berkarat aku sekarat dan aku sekarat, aku berkarat

kisah malam ini:

Aku memandang dengan iba si bodoh itu…

tertidur dengan menggenggam baju “milik kekasihnya..

ku lihat layar handphone nya masih menyala dengan foto lelaki yang dia bilang kekasih nya itu..

“Ahh… sampai kapan kah bodoh mu berakhir??”

Dan setiap saat-saat seperti ini aku harus muncul untuk menyelamatkan nya..

“hei dungu,, bangun…!!!”

Ku amati wajah nya yang letih, ringkih tubuh nya dan lingkaran hitam tersamar di matanya..

“Sebesar itukah rindu mu pada lelaki itu?”

Si bodoh itu enggan menjawab, hanya senyum nya yang mengembang..

Aaaarrgggghhh… aku tak tahan!!!!!

“Hentikan kerinduan mu itu… lupakan saja!!! Tak lama lagi lelaki itu akan jadi milik mu kan??”

Si bodoh terduduk di hadapan ku, kami saling menatap.. sungguh aku tak tahan melihat matanya..

“aku baik-baik saja.. aku hanya ingin merindukan nya”

“sampai kapan??? Jika dia mencintaimu, dia akan datang untuk mu.. meski sebentar saja..”

“dia sibuk..”

“klise..!!”

“ayolahh, aku akan menikahinya..”

“ya, karena kau begitu mencintai nya.. apakah lelaki itu mencintai mu?”

“entahlah.. mungkin iya..”

“mungkin??? Dirimu sendiri meragukan nya”

“dia bilang,, dia mencintaiku?”

“apakah kamu merasakan nya?”

“aku tak tahu.. mungkin sedikit.. maksud ku..”

“bodoh!!!! Biarkan aku yang menghadapinya..”

“jangan ku mohon… jika kau yang menghadapinya.. seperti yang sudah-sudah hati ku akan merasa dingin.. aku tak sanggup hidup dengan kekosongan seperti itu.. ku mohon..”

Tak ada suara lagi diantara kami, si bodoh tiba-tiba menangis dan aku berada di puncak kemarahan

“sudah berapa lama dia tak datang??”

“3 minggu”

“sudah berapa lama kamu sakit?”

“ini tidak ada hubungan nya… aku sakit karena aku tak jaga kesehatan aku…”

“jam berapa kamu tidur selama tiga minggu ini??”

“jam 3 pagi dan bangun jam 5 pagi..”

“berarti ada hubungan nya..”

Si bodoh melemparkan bonekanya ke arahku dan menangis sejadi-jadinya di atas tempat tidur, aku terdiam.. mungkin aku sedikit kejam menghadapi si bodoh ini, tapi aku tak mampu melihat kedunguannya, kelemahannya dan ketulusannya mencintai lelaki itu.

Aku hanya berharap, kali ini si bodoh benar..

Mungkin saja kerinduannya yang membuat dia bertahan hidup selama ini, mungkin lelaki itu kelak akan mengggantikan posisi ku untuk menjaga nya..

“maafkan aku, kali ini kamu boleh pegang kendali.. tapi jika lelaki itu menyakitimu.. panggil aku.. biarkan aku yang selesaikan semuanya”

“terimakasih, aku janji lelaki yang satu ini takkan menyakitiku.. aku janji”

“sebaiknya kamu tak perlu berjanji.. dia yang harus berjanji kepadaku untuk selalu menjaga mu..”

“iyaa..”

“aku pergi ya.. jaga dirimu baik-baik.. jangan sakit lagi.. aku juga merasakan yang sama saat kau sakit”

“maaf, aku tak bermaksud menyakitimu..”

“tak apa.. aku menyayangi mu.. jaga dirimu.. janji untuk panggil aku jika dia macam-macam”

“aku janji..”

Aku menatap si bodoh sekali lagi, menghapus airmatanya dan memeluk nya. Tuhan.. tolong jaga dia, ijinkan aku menghilang dan bukan lagi bagian dari tubuhnya… aku tak sanggup melindungi kerapuhannya, aku tak sanggup menghapus airmatanya, aku tak sanggup merasakan kesakitannya, kerinduannya dan sungguh aku tak sanggup melihat kebodohannya mencintai lelaki itu. Ijinkan aku menghilang, karena ku mulai merasakan kelemahan nya merasuki jiwa ini.. kerapuhan nya mulai menjadi virus ditubuh ini... aku ingin mati saja.. biarkan dia yang hidup..

#Dua sisi ku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun