Mohon tunggu...
Fidelia Harris
Fidelia Harris Mohon Tunggu... Lainnya - Marketing

Lupakan soal kegilaan… lupakan soal sampah.. lupakan soal mutu.. lupakan soal keyakinan.. lupakan soal teori.. lupakan soal anjing yang menggonggong dan kucing yang mengeong.. "aku cuma mau nulis" so what??

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bantu Aku Lari dari Sini

28 November 2011   16:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:05 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari sudah sangat senja, dan aku tertatih menyeret kaki ku..

Aku merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhku..

Terluka..!! bukan tubuhku saja yang tak utuh, hatiku pun tercabik..

Rasanya seperti ingin tenggelam dan berhenti berenang.. aku tak sanggup lagi..

Tiga tahun yang lalu aku di tawarkan pekerjaan ke Negara sebrang, sebenarnya Abah tidak mengijinkan aku ikut meskipun gajinya cukup besar untuk membiayai adik-adik ku yang ngotot ingin meneruskan sekolah. Dan ibu Sumi adalah orang terpandang di kampung kami, dia menawarkan aku menjadi pelayan restoran di Negara tetangga yang tak pernah aku kunjungi, tapi di lihat dari cerita bu Sumi sepertinya Negara itu bisa menghasilkan uang yang banyak untuk ku.

Namaku Darsih aku baru saja lulus SMP, usia ku16tahun.. sebenarnya aku ingin terus sekolah. Tapi Abah (panggilan ku untuk ayah) sudah sangat tua dan sakit-sakitan. Dan aku punya tiga orang adik yang harus terus sekolah demi menaikan derajat keluarga kami di mata penduduk kampung.

***

Malam itu aku di jemput menggunakan mobil mewah yang di dalam nya sangat dingin, ah.. rasanya menyenangkan sekali membayangkan aku bisa mengumpulkan pundi-pundi uang untuk adik-adik ku.. untuk Abah.. untuk Emak.. aku tersenyum sepanjang perjalanan. Aku tak sendiri, di mobil ini aku melihat 3 perempuan sebaya ku, cantik-cantik kira-kira seusia aku. Perempuan putih dan bangir itu memperkenalkan dirinya Asih, sementara yang dua lagi hanya diam dan menangis. Saat ku bertanya mengapa mereka menangis? Mereka tak menjawab, hanya menangis “mungkin sedih merindukan keluarganya” pikirku dalam hati.

“pertamakalinya?” Tanya Asih membuka keheningan perjalanan ini

“iya..” jawabku pelan “oh, pantas!!” ucapnya ketus. Aku tak mengerti apa maksudnya tapi Asih langsung membuang muka, wajah nya hanya menatap keluar jendela dan tak berbicara apa-apa lagi.

***

Aku melihat kapal-kapal besar di lautan, oh rupanya ini yang dinamakan pelabuhan? Belum sempat aku mengaggumi keindahan malam di pelabuhan ini Asih membisikan sesuatu “hati-hati ya.. kita sampai disini aja. Aku kali ini dikirim ke timur tengah dan kamu Cuma di sekitar Asia saja. Biasanya untuk pemula seperti itu.. hati-hati, jika punya waktu untuk berlari.. larilah sekarang.. secepatnya!!” aku masih tak mengerti saat Asih mengedipkan matanya memberi isyarat agar aku tak perlu bertanya apa-apa. Kami turun dari mobil dan kulihat Asih dan kedua temanku tadi di seret secara paksa menjauh dariku, aku tak dapat melihat Asih lagi karena disini begitubanyak kerumunan perempuan.. oh.. semuanya disini perempuan??? Aku tak habis pikir saat kami semua di paksa masuk kedalam kapal bagian paling bawah. Gelap, bau lembab dan bau sedikit pesing. Laki-laki bertubuh tinggi besar yang sedari tadi bersama ku di dalam mobil memegang lenganku begitu keras “masuk sana!!!” aku di dorong nya dengan sangat kasar. Aku tersungkur jatuh, kurasakan lantai kayu dari kapal ini begitu kotor mengenai baju lebaran yang Abah belikan untuk ke setahun yang lalu. Seorang gadis muda membantuku berdiri “hati-hati lantainya licin” katanya sambil membersihkan baju ku “terima kasih” ucapku singkat karena ku sibuk merapikan isi tas bawaanku yang tercecer keluar “di kirim kemana?” Tanya gadis itu “tidak tahu” aku sungguh-sungguh tidak tahu akan di bawa kemana “oh.. kau anak baru” katanya sambil membetulkan ikatan rambutnya, gadis itu memegang tanganku dan membawaku ke sudut ruangan “korban baru lagi..” gumamnya pelan “korban apa??” tanyaku mulai panik dengan ucapan nya “nama ku naya..” tangan ny menjulur ke araah ku “darsih” aku membalas nya jabatan tngan nya “hongkong” kepalanya menunduk diatas lutut nya “apa??” Tanya ku bingung, sedari tadi naya hanya bergumam tak jelas “kita akan di kirim ke hongkong.. menjadi pelacur” aku terdiam, sekujur tubuh ku merinding, aku melihat di sekelilingku penuh dengan perempuan muda. Ruangan ini tak lebih seperti kandang kambing, penuh dan sesak.. aku berdoa semoga Naya hanya bercanda, semoga Naya hanya orang gila yang salah masuk kapal, semoga Naya… tiba-tiba aku merasa melihat sebuah kebenaran dari kata-kata Naya tadi saat seorang gadis berteriak di pojok ruangan “lepaskan aku!!!! Aku ingin pulangg!!!!” dan seorang pria bertubuh kekar memukul nya tepat di kepala membuat perempuan itu pingsan.. iya.. mudah-mudahan hanya pingsan mengingat pukulan nya begitu keras terdengar. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan “aku merindukan Abah”

***

Aku telah tiba di tujuan setelah berhari-hari aku di dalam kapal dengan makan seadanya, tanpa mandi dan buang hajat seenaknya. Terjawablah mengapa kapal ini begitu bau tak sedap. Bulan di atas sana begitu terang di temani bertaburan bintang di sekelilingnya, aku melihat begitu banyak lampu di kejauhan sana “Aku tlah tiba di tempat ku mengumpulkan uang” pikirku dalam hati. Seorang pria berbadan tinggi dan berambut cepak mendorong ku “hurry up” aku tak mengerti ucapan nya, hanya mengerti isyarat nya agar aku melangkah lebih cepat. Aku masuk kedalam mobil boks besar bersama dengan puluhan gadis lain nya “oohh.. perjalanan lagi” batin ku merana, aku baru saja menghirup udara segar dan kali ini aku harus masuk lagi kedalam container besar yang pengap. Perjalanan memakan waktu kira-kira 2 jam (aku melirik jam tangan wanita separuh baya di sampingku) jam 01.28 malam. Sungguh melelahkan perjalanan ini.. aku ingin istirahat dan tidur “heyyy….!!!! Kamu pikir disini untuk tidur!! Bangun!!!” hardik lelaki yang sedari tadi bersamaku di mobil, di kapal dan sekarang dia ada di hadapan ku. Aku melihat sekeliling semua sudah kosong rupanya aku tertidur. Lelaki itu membawaku memasuki rumah mewah dengan halaman yang besar. Lelaki itu memberi isyarat kepada dua perempuan yang sedang duduk di belakang rumah. Aku tak mengerti saat keduanya membuka baju ku, karena lelaki itu sudah pergi aku diam saja. Mereka membawaku ke dalam kamar mandi yang mewah, yaa.. aku dimandikan, rasanya aneh seperti bayi saja tapi aku melihat raut wajah mereka biasa saja seolah-olah ini adalah hal yang biasa.

Aku sudah mandi dan mengenakan pakaian bagus, pakaian yang terlalu ketat dan agak terbuka di bagian dada nya. Mereka juga mendandani aku layaknya seorang pengantin wanita. Aku berterimakasih pada mereka, namun mereka hanya tersenyum sepertinya tak mengerti ucapanku. Lelaki yang tadi mengantarkan ku sudah menunggu di balik pintu, wajah nya melongo “ah, pasti karena dia tak menyangka aku bisa secantik ini” ucapku dalam hati sambil tersenyum kepadanya. Lelaki itu dengan sopan nya mempersilahkan aku masuk kedalam ruangan lain nya yang sudah berderet perempuan-perempuan cantik. Entah mengapa perasan ku mulai tak enak, mulai merasa ada sesuatu yang aneh. Aku teringat kata-kata Naya “pelacur” tiba-tiba sekujur tubuhku lemas “abah, doakan aku” lirih ku setengah menangis merindukan nya. Di sudut ruangan aku melihat pria tua dikelilingi wanita-wanita cantik, dia menghampiriku melihat aku dari atas ke bawah, mengendus di sekitar rambutku, bahuku dan punggung ku. Pria tua itu tersenyum puas “still virgin huh??? Yeaahh.. I like this one” aku melihat pria tua itu memberikan uang yang banyak, bukan rupiah tentu saja karena aku tak mengenal dari gambarnya. Lutut ku bergetar begitu hebat nya, aku mungkin hanya lulusan SMP tapi aku tak bodoh! Aku tahu ini sebuah bencana besar, ini kesalahan fatal dan aku menjerit sejadi-jadinya berteriak, meronta dan menyebut nama Tuhan yang telah lama kulupakan. Lelaki bertubuh besar itu menamparku begitu keras, sehingga telinga kiriku berdengung, tak hanya itu lelaki bertubuh besar yang sedari kemarin bersamaku itu kini mengikat ku dengan seutas tali membawaku ke dalam kamar yang mewah dan mengurungku disana “kalau kamu teriak nasib mu akan seperti teman kamu itu” bentak nya sambil memegang kepalaku untuk melihat sebuah mayat di samping tempat tidur. Aku terduduk lemas, aku menangis sejadi-jadinya.. tak hanya lututku yang bergetar sekarang seluruh tubuhku bergetar begitu hebatnya.

***

Aku berlutut memunguti pakaian ku yang berserakan di lantai, kali ini aku tak menangis lagi. Aku mulai terbiasa seperti ini sudah tiga tahun berlalu dan semuanya terasa biasa saja. Aku harus bertahan hidup untuk bertemu Abah, Emak dan ketiga adik-adik ku. Lelaki bertubuh besar yang akhirnya ku tahu bernama Kong bilang bahwa uang hasil melacur ku sudah dikirim ke kampung, meskipun aku tak percaya ucapan nya namun aku diam saja. Aku hanya ingin bertahan hidup. Aku tengok pria dengan perut buncit dan bau alkohol yang baru saja meniduriku sedang tergolek puas di atas tempat tidur nya. Aku melihat di luar sana begitu gelap dan hujan “mungkinkah ini saatnya aku lari?” pikirku dalam hati, karena bukan sekali ini saja aku berniat melarikan diri beribu-ribu kali, dan selalu gagal. Mereka berhasil menemukan ku di kantor polisi dan mengatakan “dia dalam perlindungan kami, maaf merepotkan.. ” polisi disini pun sudah di jejalkan uang, jika sudah tertangkap basah begitu aku biasanya di tendang, di siksa dan di perlakukan lebih kasar lagi. Boss ku bilang bahwa aku punya hutang karena ikut perjalanan dari Indonesia ke sini tidaklah gratis, tempat menginap dan makan di rumah ini pun bayar dan untuk melunasinya aku harus tidur dengan 900 laki-laki.

Aku melihat dompet pria itu terjatuh di kolong tempat tidur, uang nya terlihat banyak “zz..zzzz..” hmm.. sepertinya pria itu tertidur pulas, aku menghitung nya “wow.. bisa untuk aku pulang ke Indonesia jika di tambah dengan uang yang kusimpan diam-diam di salah satu teman ku yang bekerja di bar” Tiga tahun disini aku mulai belajar kelicikan mereka, aku belajar bergaul dengan orang-orang yang lumayan “bebas” di luar sana. Namanya Renn, aku rasa bukan nama aslinya tapi wanita itu sangat baik. Setiap hari minggu Renn mengantarkan Minuman keras untuk boss ku, dan sejak itu aku berteman baik dengan nya dan menitipkan sejumlah uang kepadanya. Uang tip yang aku simpan diam-diam di dalam kloset kamar mandiku.

Tanpa pikir panjang aku mengambil uang pria buncit itu dan berlari secepat kilat melalui pintu belakang hotel yang sudah ku hapal seluk beluknya itu. Aku berlari tanpa henti menuju ba tempat Renn bekerja. Setibanya di sana aku tak menemukan Renn, teman-teman nya bilang Renn sudah dua hari tak bekerja. Aku panik, entah kemana aku harus mencarinya. Aku hanya tahu letak hotel, bar, akntor polisi dan rumah mewah boss ku. Selebihnya aku tak tahu apa-apa tentang kota ini, tapi aku tak mau kembali.. tekad ku sudah bulat untuk terus berlari.. dan aku terus berlari sejauh mungkin, sejauh kaki ku mampu berlari. Naik berkali-kali bis kota, tak tahu mau kemana.. aku hanya ingin menjauh saja dari kota ini. Di persimpangan jalan aku melihat sebuah gedung dengan tulisan Republik Indonesia “stop!!!” aku bergegas turun, masa depan ku tinggal selangkah lagi menuju rumah.. Aku melihat gedung itu begitu megah berdiri.. tiba-tiba “Indonesia?? aku melihat mu berlari, apakah kau tersesat?” seorang wanita yang baru saja keluar dari gedung itu menghampiri. Aku pingsan, mungkin karena langkah ku sudah selesai. Aku akan pulang esok hari bertemu Abah dan Emak..

***

Aku membuka mataku, disana aku melihat Abah dan Emak, mereka datang ke Jakarta setelah tiga hari aku berada disini. Mereka memeluk ku begitu erat, tak menanyakan apa-apa selain “terimakasih Gusti, kamu pulang.. abah dan emak berdoa setiap hari supaya kamu selamat disana” aku tersenyum, iya.. doa Abah dan Emak yang membuat aku bisa bertahan hidup dan berlari sampai sini. Aku terdiam mengingat sejumlah gadis sepertiku “terjual” di luar sana seperti binatang. Aku berlutut dan berdoa semoga mereka selamat, dalam lindungan Tuhan dan bisa bertahan hidup sampai pulang ke rumahnya. Amin..

***

Mungkin kisah ini hanya fiktif, anggap saja khayalan ku yang terlalu jauh.. tapi baca tulisan ini :

PBB mengeluarkan laporan terbaru mengenai perdagangan manusia dengan menyebutkan, saat ini terdapat sekitar 2 juta perempuan di seluruh dunia yang terperangkap dalam industri seks. Jumlah itu belum termasuk anak-anak dan perempuan yang terpaksa bekerja dengan upah rendah, yang disebut oleh laporan PBB itu sebagai “tak terhitung.” PBB mengatakan tidak ada angka statistik yang akurat tetapi jumlah wanita yang diperdagangkan melintasi perbatasan tiap tahun dapat dua kali lipat jumlahnya jika hitungan itu mencakup orang yang terpaksa masuk ke dalam situasi domestik. “Saat ini, jutaan orang, sebagian besar wanita dan anak terpaksa masuk ke dalam perdagangan gelap manusia, yang artinya tidak lebih dari bentuk perbudakan modern,” kata Wakil Sekjen PBB Asha Rose Migiro di depan Majelis Umum PBB (lintas berita tahun 2010)

Sumber: http://www.lintasberita.com/Dunia/Berita-Dunia/kisah-menyedihkan-di-dunia-perdagangan-wanita-kacau-_1

STOP kekerasan dan perkosaan pada perempuan!! STOP perdagangan Manusia!!! STOP memperlakukan manusia seperti binatang!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun