Sejak munculnya media baru telah merubah sistem jurnalistik di Indonesia. Kegiatan jurnalistik harus menggunakan media baru untuk beradaptasi di tengah era digital ini seperti media sosial. Dengan menggunakan media sosial, para jurnalis ini harus menyajikan informasi secara multimedia dengan menggabungkan teks, suara, video, dan gambar sekaligus (Widodo, 2020, 97).
Para jurnalis media berita ini bukan hanya bersaing di antara media berita yang satu dengan lainnya, tetapi mereka juga harus bersaing dengan pengguna-pengguna yang berada di media sosial juga. Salah satunya adalah content creator. Menurut Street dalam Hermawan (2018), content creator merupakan profesi membuat suatu konten baik dalam berupa tulisan, gambar, video, atau suara. Namun penyajian konten tersebut dapat digabung secara dua atau lebih.
Jika dilihat dari dua paragraf di atas, cara penyajian informasi dari jurnalis dan content creator sama. Mereka bisa menyajikan salah satu bentuk saja atau menyajikan keduanya. Namun, kira-kira apa ya yang membuat audiens lebih tertarik untuk menonton konten content creator dibandingkan informasi dari jurnalis?
Seperti yang kita ketahui bahwa sebagian besar pengguna media sosial adalah generasi Z (Hermawan, 2018). Mereka mencari informasi berita bukan melalui koran, televisi, ataupun portal berita dalam bentuk website secara sengaja. Terlebih lagi hampir setiap waktu mereka membuka media sosial dalam rentang waktu yang berdekatan entah itu hanya sekedar melihat unggahan dari temannya atau idolanya hingga mencari konten hiburan.Â
Para content creator sebagai user mengolah kembali informasi berita yang disajikan oleh jurnalis sehingga pada akhirnya khalayak lebih memilih untuk mengakses media sosial dibandingkan mencari informasi berita secara mandiri. Terlebih lagi yang mengolah informasi berita tersebut tidak hanya satu content creator saja, tetapi hampir seratus lebih pengguna mengolah kembali informasi tersebut.
Dengan mengolah kembali informasi-informasi berita tersebut oleh content creator, maka berita tersebut akan menjadi tren yang membuat para pengguna mengetahui informasi secara cepat melalui algoritma media sosial. Hal ini dikarenakan konten tersebut dibahas oleh beberapa content creator dalam waktu yang bersamaan.
Ditambah lagi para pengguna ini juga terkadang tidak sengaja menemukan konten informasi berita yang disediakan di media sosial dikarenakan terdapat fitur "For You". Berbagai konten yang diciptakan oleh content creator ini dapat muncul di pencarian media sosial milik pengguna.
Maka, alasan yang pertama ialah penyampaian secara kreatif dengan gaya bahasa santai. Sebagian besar media sosial yang digunakan oleh generasi Z adalah TikTok. Mereka bisa memperoleh informasi dan hiburan melalui aplikasi tersebut. Melalui TikTok, content creator menyajikan informasi berita dengan menggabungkan gambar, audio, dan teks dalam bentuk subtitle.Â
Penyajian informasi tidak hanya berupa penggabungan ketiga hal tersebut. Namun, penyajian informasi tersebut juga menggabungkan elemen visual dan editing yang menarik sehingga lebih menarik dan mudah dipahami ketika mereka terpapar akan informasi.
Kemudian, dari sisi gaya penyampaian narasi oleh content creator yang bersifat santai ini membuat para khalayak merasa lebih dekat dengan sang pembuat informasi. Terlebih lagi content creator adalah user yang memiliki posisi sama seperti para pengguna. Ada kemungkinan pula content creator yang memberikan informasi juga berasal dari usia yang sama sehingga mereka juga akan merasa terlibat dan mudah untuk dipahami.