Di tengah malam yang sunyi dan gelap aku sedang berjalan santai kearah taman dengan membawa tas berwarna hitam di tanganku. Tepat di tengah taman terdapat monumen yang baru di resmikan aku menghentikan langkahku disana. Melihat monumen itu lekat, aku merasa ada yang kurang di sana . beberapa detik kemudian aku berjongkok sembari menjatuhkan tas yang ku bawa ke tanah. aku mencoba melewati pagar pembatas monument, dengan penuh kewaspadaan satu persatu barang yang ku bawa di keluarkan semua. Tepat di depan dinding aku mulai mengeluarkan ganjalan. Dengan warna warna yang indah, Coretan demi coretan aku tuangkan di dinding tersebut. Tidak tahu sudah berapa lama aku disini tetapi saat hampir selesai ada kilatan cahaya diiringi Langkah kaki.
Segera aku langsung lari terbirit birit, di tengah pelarian aku merutuki diriku sendiri. . Aku sudah tidak bisa berpikir jernih tubuhku lemas. disaat berlari penyakit asmaku justru kambuh, akhirnya aku memutuskan untuk bersembunyi di belakang pohon. suara langkah kaki itu semakin terdengar jelas dan ramai mengisi malam yang sunyi, degup jantungku terpacu sangat cepat. tuhan aku sudah tidak tahan sesakk sangat sesak rasanya ingin mati saja. Apakah akhirnya aku akan tertangkap. lagi dan lagi aku merutuki diriku sendiri mengapa bisa aku melakukan hal bodoh seperti tadi. Dengan nafas yang terengah aku melihat sekeliling berharap penjaga itu sudah pergi. Saat dirasa sudah aman aku mencoba berdiri tetapi pakainku menyangkut.
" mas, masnya bisa lihat dan dengar kita ya hihihii?" tawanya nyaring
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H