"Andai saja saya lebih cepat semenit aja, mungkin saya tidak ketinggalan seperti ini." Litani andai-andai pun mulai didengungkan; berimajinasi menyusun ulang keputusan-keputusan sebelumnya demi mencegah atau tidak terjebak dalam apa yang telah terjadi saat ini, yakni telat se-menit.
Kecewa yang dalam membuat andai-andai bahkan tidak ada habisnya. Itulah tragedi "telat se-menit" yang patut kita pikirkan ulang. Betulkah telat-telat se-menit lainnya tidak apa-apa karena se-menit doang ataukah sebenarnya sangat apa-apa.
Bagi mereka yang menghargai waktu, dalam kondisi dan suasana apa pun, telat semenit sangatlah membuat risau. Semenit adalah sangat berharga. Seberapa harganya, tergantung bagaimana kita menghargai waktu.
Refleksi singkat atas pengalaman pagi ini di Stasiun Cicayur.Â
Selasa, 19 November 2024; Pukul 05.02 WIB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H