Judul di atas adalah cuplikan dialog dalam Drama Musikal Istari garapan siswa/I SMA Tarsisius 1 yang dipentaskan pada 22 Februari 2023 silam di Gedung Kesenian Miss Tjitjih, Cempaka Putih. Kalimat bernaas itu hadir pada momen yang tepat kala Indira (Audrey Daniela, siswi kelas XI IPS2) tersudutkan dan dirundung dilema.
Ia berdiri dalam keraguan, antara memilih maju atau mundur. Rasanya sulit untuk maju mengingat zaman yang belum siap menerima pemikirannya. Dan mundur adalah pilihan paling mudah, sebab itulah yang dikehendaki zamannya bahwa tidak ada tempat bagi kaum perempuan untuk berdiri sejajar kaum laki-laki.
Ibu Indira hadir pada saat yang tepat dan membisikan keberanian kepadanya: “Banyak orang ingin menjatuhkanmu, tetapi satu-satunya yang benar-benar bisa menjatuhkanmu adalah dirimu sendiri”.
Sebelum lanjut, tulisan ini adalah lanjutan dari review sebelumnya. Kalau sebelumnya berfokus pada figure dan ketokohan Indira, tulisan ini lebih berfokus pada sosok Ibunya yang sangat berperan penting dalam mendukung mimpi Indira.
Kembali ke Laptop.
Ibu Indira yang diperankan oleh Maria Catherine, siswi kelas XII IPS1 tampil sebagai sosok yang sederhana, tenang dan penuh keibuan. Karakter personal Catherine yang tenang mampu menjiwai dengan hampir sempurna karakter sosok ibu dalam pentas itu. Sebagai seorang ibu, ia tahu dan paham apa yang dialami putrinya. Tidak saja memahaminya, ia juga terutama merasakan dengan hati apa yang dialami Indira, putrinya.
Hati keibuan mengajarinya kapan harus mendekati dan menemani putrinya dan kapan harus membiarkannya sendiri untuk merenung dan mengambil keputusan. Ia yakin dan percaya bahwa putrinya-lah yang membawa terang dan membangkitkan harapan bagi kaum perempuan zaman itu dan setelahnya.
Kehadiran sang ibu, membuat Indira tidak merasa sendirian menghadapi badai besar zamannya, yakni kaum laki-laki. Bisikan sang ibu, “satu-satunya yang benar-benar bisa menjatuhkanmu adalah dirimu sendiri” mampu menepis keraguannya dan mengembalikan kepercayaan dirinya untuk teguh berdiri dan berani menghadapi risiko apa pun.
Demikianlah sosok sang ibu. Beberapa adegan yang menghadirkan Indira dan ibunya dalam pentas Istari, terutama adegan pemungkas yang menghidangkan dialog bernaas di atas, menarik untuk direnungkan. Adegan-adegan tersebut, lebih dari sekadar sajian panggung yang menghibur, mengajak pemirsa untuk merenungkan sosok ibu. Bukan pertama-tama sosok ibu dalam pentas Istari tetapi ibu kita masing-masing. Siapakah ibu bagi kita? Apakah sekadar dia yang merelakan rahimnya untuk mengandung dan melahirkan kita? Ataukah lebih dari itu? Setiap insan mesti tahu siapakah sosok ibu baginya.
Pentas Istari tidak saja seni yang dipentaskan di panggung Miss Tjithjit, tetapi juga seni yang mengantar kita menjumpai sosok ibu kita sendiri. Arti dan makna sosok ibu di panggung harus sampai pada pemaknaan setiap insan pemirsa tentang sosok ibunya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H