Mohon tunggu...
Fidel Haman
Fidel Haman Mohon Tunggu... Guru - Guru/Bloger

Penikmat Seni Sastra dan Musik/Pemerhati Pendidikan - Budaya - Ekologi/Pencinta Filsafat - Teologi/Petualang - Loyal dan Berdedikasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ibu dan Tungku Api Kesayangannya - Bagian 3

16 Juni 2022   22:57 Diperbarui: 4 Maret 2024   09:58 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Explore Malang - FB

Lanjutan dari bagian 2....

Hari semakin sore. Hujan telah reda walaupun awan masih kelihatan gelap. Jalanan depan rumah perlahan ramai oleh pejalan kaki yang telah pulang dari ladangnya. Kendaraan hanya sesekali lewat. Ayah yang pamit pagi subuh tadi belum juga pulang dari ladang. Kami tidak mencemaskannya, sebab biasanya ia baru sampai rumah pada malam hari menjelang jam makan bersama.

Ember dan beberapa napan yang tadinya berserakan telah dirapihkan. Ibu seperti tidak mau tinggal diam. Setelah dibersihkannya sayur tadi, ia kini tengah mempersiapkan makanan untuk ternak babi.

Tanda-tanda malam mulai terasa. Dan aku segera sadar akan tugasku menjelang malam tiba. Aku bangun dari tungku api dan bergegas mempersiapkan sarang bagi anak-anak ayam yang belum cukup dewasa untuk mandiri. Mereka harus disarangkan hingga betul-betul mandiri  Mereka belum mampu terbang tinggi dan hinggap di ranting pohon, apalagi harus tidur malam di alam terbuka. Lehidupannya masih sangat bergantung pada induknya.

Selain itu alasan paling utama mengapa disarangkan bersama induknya ialah demi keselamatan anak-anak ayam tersebut. Mereka adalah sasaran utama predator malam, yakni kucing hutan. Dan lagi dekapan sayap sang induk menjadi penghangat malam yang sangat mereka butuhkan. Tanpa itu mereka akan kedinginan dan berteriak.malam-malam.mencari kehangatan. Begitulah sebagian kehidupan ayam yang sempat kuketahui.

Tentang hal ini, aku tidak mendapat banyak hal dari ajaran dan nasihat ibu juga ayah, selain belajar mandiri dari apa yang aku alami sendiri. Lagi-lagi ibu tak banyak berkata-kata. Ia lebih berbicara lewat perbuatan dan sikapnya serta lewat tugas yang diberikannya padaku.

Memberikan tanggung jawab mengurusi ternak ayam setiap sore adalah cara ia mendidik tanpa banyak kata. Ya..inilah pelajaran ke-5 sore itu di dekat tungku api kesayangannya. Ia membiarkanku belajar bersama alam, menyelami banyak keadaan dan mendapat arti dan makna dari setiap yang terjadi.

Dari sebuah tugas yang aku jalankan setiap sore, aku belajar tentang tentang hal-hal berikut. 

Ayam-ayam kecil mengajarkan tentang kepolosan dan ketergantungan sepenuhnya pada induk. Mereka tidak gegabah untuk mandiri. Mereka merasa belum percaya diri. Mereka masih membutuhkan topangan untuk bisa bertumbuh dengan baik dan akhirnya bisa kuat dan mandiri. Semua butuh waktu untuk berproses.

Induk ayam mengajari tentang kasih sayang seorang ibu. Tentang bagaimana harus melindungi, menjaga, menuntun dan mengarahkan anak-anak yang sedang bertumbuh dan beranjak dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun