Sore belum juga menampakkan gelapnya padahal jarum jam sudah menunjukkan angka 7 malam. Sejenak kunikmati pemandangan kota Barcelona. Terlihat padat di setiap sudutnya. Sesekali terdengar logat spanyol yang berbentur dengan obrolan pejalan kaki berbahasa inggris. Sedang dalam hatiku membatin bahasa Jawa. “Iki do ngopo kok ting blasur”.
Begitulah kekesalan yang kulampiaskan. Kesal juga tak menemukan angkringan. Rinduku suasana kampung halaman. Bagaimana tidak, teh ginasthel dan gorengan tersaji di atas gerobak angkringan itu yummy sekali.
Sepasang anak muda itu tengah duduk di depan meja bertaplak putih. Gelas wine chardonay itu terlihat gagah menyempurnakan romantisme resto. Jelas itu tak cocok bila tersaji di atasnya gerobak HIK. "Tapi jangan dikira tak kalah syahdu lho ya Angkringan di kampungku!"
Barcelona sore ini dapat kupandang jelas. Tatapanku terpaut sebentar pada raut muka yang terlihat bahagia di taman depan hard rock cafe itu. "Tahu kan, sedang apa mereka?". Itulah mereka yang selalu menganggap dunia adalah milik mereka berdua. Kita yang berseliweran di sekitar seolah menjadi patung.
#Diary Kapal Pesiar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H