Mohon tunggu...
Adik Wibowo
Adik Wibowo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Beyond Blogging

Salam! Saya Adik Wibowo, berlabuh di pelabuhan terakhir yaitu Home Sweet Home sambil belajar berliterasi, ngomong di depan kelas untuk trainee perhotelan kapal pesiar dan english MedWist, sarasehan di pendopo bersama komunitas seni budaya. Mengembara selama belasan tahun menjelajah dunia terfasilitasi lantaran menjadi kru kapal pesiar bidang perhotelan. Adalah sangat tidak fair apabila kenangan, pengalaman itu hilang tertelan masa begitu saja. Di sini ingin hati berbagi literasi agar tetap menginspirasi atau menambah perspektif terhadap perjalanan, pengalaman maupun sudut pandang. Terimakasih kepada semua yang telah membaca setiap teks - semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Deling Legi Pinggir Kali

4 Januari 2024   19:04 Diperbarui: 4 Januari 2024   19:09 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak perlu menjemput mesra senja kali ini
Karena ia datang dengan ketenangannya
Menggulirkan siang
Mempresentasikan malamnya nan dalam

Kita hanyalah pada transisi
Yang sering menghiperbola keadaan
Dulu, sekarang, kelak waktu tetap waktu
Dia tidak menghutang-hutangkankannya
Mau dipakai tinggal pakai

Karenanya kita hanyalah perlu setia padanya
Pring apus .... Ori... Deling legi pinggir kali
Bersemi tenang berproses
Laiknya wajib,  mereka turut ada dalam putaran
Putaran senja, malam, fajar hingga esok yang masih bisa terang benderang

Segelas kopi ingin dimaharkan pada lembayung
Nafsu ego ingin senja datang menghibur
Daya rendah menguasai

Apa yang disekitar dituntut mengerti
Alam dianggap ruang healing
Sedang kita ini apa terhadapnya
Bungkus sampho sachet hanyut di kali itu saja tidak kita pedulikan
Hingga ia menempel rekat pada batu dibawah bayangangan barongan bambu

Tangan kita berulah
Tuntutan mengharap alam selalu ramah
Cukuplah, biar alam bernatural
Kita melebur saja dalam kealamian
Janganlah kali itu dikotori

Dan biarlah senja bergulir sesuai kehendakNYA
Nikmati saja kopi kehidupan kita
Ikuti saja rasa kebijaksanaan
Kita hanyalah "mung sakderma"


.... Ada
.... Alam ada

Dan masing-masing bersifat melengkapi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun