Tak perlu menjemput mesra senja kali ini
Karena ia datang dengan ketenangannya
Menggulirkan siang
Mempresentasikan malamnya nan dalam
Kita hanyalah pada transisi
Yang sering menghiperbola keadaan
Dulu, sekarang, kelak waktu tetap waktu
Dia tidak menghutang-hutangkankannya
Mau dipakai tinggal pakai
Karenanya kita hanyalah perlu setia padanya
Pring apus .... Ori... Deling legi pinggir kali
Bersemi tenang berproses
Laiknya wajib, Â mereka turut ada dalam putaran
Putaran senja, malam, fajar hingga esok yang masih bisa terang benderang
Segelas kopi ingin dimaharkan pada lembayung
Nafsu ego ingin senja datang menghibur
Daya rendah menguasai
Apa yang disekitar dituntut mengerti
Alam dianggap ruang healing
Sedang kita ini apa terhadapnya
Bungkus sampho sachet hanyut di kali itu saja tidak kita pedulikan
Hingga ia menempel rekat pada batu dibawah bayangangan barongan bambu
Tangan kita berulah
Tuntutan mengharap alam selalu ramah
Cukuplah, biar alam bernatural
Kita melebur saja dalam kealamian
Janganlah kali itu dikotori
Dan biarlah senja bergulir sesuai kehendakNYA
Nikmati saja kopi kehidupan kita
Ikuti saja rasa kebijaksanaan
Kita hanyalah "mung sakderma"
.... Ada
.... Alam ada
Dan masing-masing bersifat melengkapi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H