Mohon tunggu...
Fibrisio H Marbun
Fibrisio H Marbun Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan kaki

Tertarik dengan sepakbola, sosial budaya, dan humaniora.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ujian Pertama Menuju SEA Games, Garuda Muda Tampil Minor

15 April 2023   07:00 Diperbarui: 15 April 2023   06:59 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skor Akhir Indonesia vs Lebanon/ PSSI

Awan hitam masih menyelimuti langit-langit stadion pasca FIFA mencabut status tuan rumah Piala Dunia U- 20. Kompetisi internasional itu kini berlabuh ke Argentina. Ya, keputusan pahit yang harus diterima lapang dada. Talenta muda Indonesia kehilangan kesempatan merumput di pagelaran dunia. Lalu, lanjut Arya Sinulingga sepakbola Indonesia mungkin saja dikucilkan sepakbola internasional. Semoga saja tidak!

Habis sudah harapan tentang Piala Dunia U-20. Kompetisi terdekat adalah SEA Games, pagelaran olahraga negara-negara Asia Tenggara. Ya, ada sepakbola, tapi tidak masuk agenda resmi FIFA. Meskipun demikian, bagi Indonesia (baca:PSSI) yang miskin prestasi internasional, event ini harus ditaklukkan, target adalah Emas. Sebagai catatan, Indonesia baru 2 kali meraih medali emas, yakni tahun 1987 dan tahun 1991 sejak event ini digelar tahun 1977 dengan nama Southeast Asian Games (SEA Games). Setali tiga uang dengan AFF, sepakbola Indonesia tidak terlalu membanggakan.

SEA Games ke-32 akan digelar di Kamboja pada 5-17 Mei 2023. Sebagai cabang olahraga paling bergengsi, sepakbola SEA Games oleh PSSI dipersiapkan dengan matang. Tak tanggung-tanggung, PSSI menunjuk pelatih sekaliber Indra Sjafri menangani Timnas U-22. Tujuannya adalah Emas.

Tampil Minor Menghadapi Lebanon

Ujian pertama sang Direktur Teknik adalah menghadapi Lebanon. Hasilnya Indonesia sempat unggul lebih dahulu lewat gol bunuh diri tim lawan, sebelum akhirnya takluk dengan skor 1-2.

Secara permainan, Indonesia tampil mengecewakan, banyak kehilangan bola, bermain kurang terorganisir, ya memang berantakan. Sepertinya permainan Indonesia tanpa visi. Ya, di atas kertas materi pemain Indonesia mestinya dapat mengimbangi permainan Lebanan yang tampil underperform. Tapi fakta di lapangan, penyakit lama pemain-pemain Indonesia kambuh lagi, kesalahan passing, kurangnya pergerakan tanpa bola, serta permainan yang grasak grusuk.

Setuju atau tidak, penampilan timnas malam ini merupakan cerminan buruknya pembinaan usia dini. Idealnya pemain sepakbola usia 20-22 tahun sudah matang secara teknik dan mental. Faktanya, hal mendasar dalam sepakbola seperti passing dan control masih saja tidak karuan. Intinya peta biru sepakbola rezim Erick Thohir tentang pengembangan usia dini tidak boleh hanya sebatas wacana.

Harapannya, disisa waktu yang ada, Indra Sjafri mampu mempersiapkan tim dengan baik sehingga mampu mengulangi kejayaan tahun 1987 dan 1991. Meskipun tidak masuk kalender FIFA, setidaknya medali emas menjadi koleksi tambahan trofi di lemari PSSI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun