Tasya remaja 13 tahun harus kehilangan masa remajanya karena harus terbaring lemah di ranjang rumah sakit dan berjuang melawan penyakitnya. Gadis kecil bernama lengkap Eillen Anastasya Sulastri Tinambunan terserang Tumor Otak Germinona.
Sebelum di Diagnosa Terserang Tumor
Awal tahun 2017 Tasya mengalami permasalahan pada penglihatan, solusinya adalah mengenakan kacamata dengan minus 2,5. Hal yang cukup mengejutkan bagi remaja seusianya. Pasca mengenakan kacamata, imunitas Tasya semakin menurun kemudian sering mengalami demam, pusing, daya ingat menurun, sering mengantuk dan daya tahan kaki melemah.
Januari 2018 Tasya melakukan pemeriksaan di RS Daerah Sidikalang dimana selanjutnya dirujuk ke RS Elisabeth Medan dengan diagnosa sementara mengalami Flu Rematik. Selanjutnya opname selama 8 hari dan telah dilakukan scan pada perut, jantung dan kaki namun tidak dengan CT. SCAN KONTRAS pada kepala. Tasyapun ke luar dari RS dengan suhu tubuh 37,2 C.
Kemudian 3 minggu pasca ke luar dari RS Elisabeth Medan, Tasya melakukan kunjungan ke rumah Kakeknya di Pekanbaru. Di perjalanan suhu tubuhnya meningkat hingga 39,8 C dan kemudian melakukan perawatan di RS Eka Hospital Pekanbaru. Selanjutnya dilakukan tindakan Radiology dan CT Scan Kontras pada perut dan kepala. Hasilnya ada benjolan pada otak bagian bawah dan tengah.
Pasca Radiolofy dan CT Scan Kontras kondisi Tasya dalam keadaan lemah sehingga berada di ICU selama 7 hari dan rawat inap selama satu bulan.
Keluarga kemudian mencari alternatif pengobatan tumor, yakni melalui sinar gamma. Dalam hal ini ada sinar gamma knife dan melalui penanaman partikel I 125. Akan tetapi karena biaya yang cukup tinggi, yakni sekitar US$ 15.000-20.000 dan tidak masuk tanggungan BPJS maka keluarga memutuskan untuk mengambil tindakan operasi.
Maret 2018 dilakukan tindakan operasi dibawah penanganan dr. Tondi Djiili, SpBS dan hanya dapat mengangkat 50% tumor. Kemudian dilakukan biopsi dan disimpulkan Tasya menderita Tumor Otak Germinoma.
Tasya harus berjuang hingga Guangzhou
Pasca operasi di RS Eka Hospital Pekanbaru Riau, proses pengobatan selanjutnya adalah radiasi dengan alat LINAC (Linear Accelerator. Karena  ketidaktersediaan alat LINAC selanjutnya Tasya dirujuk ke RS Murni Teguh Memorial Hospital Medan.