Mohon tunggu...
Fibrisio H Marbun
Fibrisio H Marbun Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan kaki

Tertarik dengan sepakbola, sosial budaya, dan humaniora.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tanamkan Prinsip dan Karakter dalam Keluarga

6 Agustus 2017   18:46 Diperbarui: 7 Agustus 2017   23:12 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah keluarga adalah tempat prinsip-prinsip ditempah dan diasah di atas landasan hidup sehari-hari.Charles R. Swindol

'Nak, sebelum makan cuci tangan dulu ya!' Sebuah panduan wajib orang tua kepada anakanya ketika hendak makan. Titah yang harus diturunkan setiap orang tua kepada anaknya mengingat mayoritas orang Indonesia makan menggunakan tangan.

'Nak, berdoa dulu!' Ketika si anak belum menyantap makanannya, orang tua yang bijaksana tidak pernah lupa mengingatkan atau bahkan memandu anaknya untuk berdoa. Doa sebagai ucapan syukur dan terima kasih.

Karakter anak merupakan cerminan dari karakter orang tua. Dang dao tubis sian bonana falsafah batak yang menggambarkan sesungguhnya karakter anak tidak jauh dengan orang tua. Karakter seorang anak terbentuk seturut bagaimana orang tua atau keluarga mendidiknya. Keluarga merupakan abstraksi dan ideologi (Sussman & Steinmetz).

Orang tua sebagai pemegang hirarki tertinggi dalam sebuah keluarga tentunya mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter dan prinsip setiap anggota keluarga. Untuk itu, sebuah keluarga harus mampu sebagai wadah mendidik, mengasuh & mensosialisasi anak serta mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya. Keluarga harus mampu melahirkan generasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Keluarga merupakan unit yang tidak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Individu-individu dalam sebuah keluarga harus bisa menjalankan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat. Menjadi bagian dari komunitas sosial seperti masyarakat setiap individu tentunya harus siap akan segala dampak sosial yang ditimbulkan seperti gaya berpakaian, globalisasi, teknologi dan sebagainya.

Karakter dan prinsip yang telah didapatkan dari keluarga tentunya akan membantu seorang anak untuk masuk dalam komunitas masyarakat. Seorang anak diharapkan mampu larut tapi tidak tenggelam dalam mengikuti perkembangan. Trend mau tidak mau harus dihadapi akan tetapi jangan sampai tenggelam dan tidak mampu mengontrol diri.

Keluarga dalam cengkraman sosial media

Dewasa ini trend media sosial menjadi hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan keluarga. Trending topic, viralhingga bullying menjadi bahasa sosial media menjadi akrab dalam sebuah keluarga. Instagram, facebook, BBM, whatsapp, line selalu setia menemani kehidupan sehari-hari. Era dunia tanpa batas. Memiliki dampak positif dan negatif.

'Dad, Nata berangkat sekolah ya!' isi WA Renata yang dikirim kepada ayahnya pagi sebelum berangkat sekolah. Renata pagi itu berangkat ke sekolah ketika Ayahnya berada di lantai dua rumah mereka. Sebuah hal yang wajar ketika seorang anak pamit kepada orang tuanya ketika hendak berangkat ke sekolah. Tapi bukan dengan cara yang dilakukan oleh Renata kepada Ayahnya, seharusnya anak gadis itu menghampiri sang ayah lalu menyalimnya layaknya kebiasaan orang Indonesia. Setiap keluarga memang punya cara masing-masing dalam membangun sebuah komunikasi, komunikasi lewat media sosial memang memangkas jarak akan tetapi interaksi secara langsung antara Ayah dan anak dalam sebuah keluarga juga ikut dipangkas. Komunikasi lewat media sosial tentunya akan berdampak pada psikologi dan kedekatan emosional antar orang tua dan anak. Untuk itu, sebuah keluarga harus menjadi tempat berkumpul, berinteraksi, berdaya, serta peduli dan berbagi.

Sebuah keluarga era digital akrab dengan group sebuah media sosial seperti group WA, Line, BBM. Sebuah group private yang dihuni anggota keluarga. Sebuah kecanggihan yang menjadi keluarga begitu dekat, berbagi gambar, voice note dan teks antar sesama keluarga. Seketika group akan begitu ramai, tiba-tiba group menjadi sepi dan siklus ini biasa dalam sebuah group keluarga. Tidak ada yang salah, tetapi harus disadari kehangatan dalam sebuah group media sosial seolah-olah menghipnotis bahwa keluarga begitu dekat akan tetapi mereka berada dalam jarak yang cukup jauh. Keluarga terjebak dalam dunia abstrak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun