Mohon tunggu...
Pianologi
Pianologi Mohon Tunggu... Pengacara - Suka numerology

__ sedang menunaikan ibadah mengetik kata.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Kura-kura Putih di Langit Jakarta

21 Maret 2012   11:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:39 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13323251251144376493

Tadi pagi, ada kura-kura di langit Jakarta. Atau penyu? Atau siput? Atau pen__ ??

[caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="Tadi pagi (21/03/2012) sekitar pukul 09.00 WIB dari jembatan busway Setiabudi Utara (Jln HR Rasuna Said, Jakarta Selatan), tampak awan sebentuk kura-kura di atas langit utara Jakarta."][/caption] Setelah berhari-hari diterjang angin kencang, entah apa namanya (beliung-puting, kah?), hari ini Jakarta tenang kembali. Sejak pagi Jakarta cerah. Langit biru di sela-sela tirai awan bergumpal-gumpal kecil. Angin tak sekecang napas malam yang memburu, seperti tengah bergelut dengan pekat yang kian mendekat, bersama nasib anak bangsa yang mendekati sekarat oleh naiknya harga minyak. Ehh, maap..sedikit melantur, maklum sudah lebih dari sebulan tak mampir ngetik sesuatu di Kompasiana ini. Hehehe. Aku sebenarnya tidak bermaksud berkisah, lebih tepatnya reportase atau dengan kata lain melaporkan hasil pandangan mata, tentang cuaca Jakarta hari ini. Siang ini di luar ternyata panas sekali. Setelah sejak pagi membeku dalam ruang ber-ac di ketinggian gedung kawasan Kuningan (Jak-Sel), jam makan siang tadi menjadi perkenalan pertama dengan sengat matahari ini (kalau pakai frasa "matahari hari ini" terasa ada pemborosan kata hari, iya kan? *abaikan*). Panas sekali, bahkan es degan sehabis makan siang di emperan belakang Setiabudi utara tetap membuat badan deg deg-an kepanasan. Aduh, sedikit agak kurang nyambung lagi... Bukan ini yang hendak aku sampaikan, kawan-kawan Kompasianer. Yang hendak aku ke-muka-kan (maaf, menghalangi pandangan kawan-kawan dengan kata-kata di layar hp/laptop..hehehe) adalah foto di bawah ini. Foto ini aku jepret tadi pagi sesaat setelah turun dari bis Transjakarta di halte Setiabudi Utara. Halte inilah yang pertama menghentikan laju kawan-kawan di pagi hari, yang sebentar-sebentar melirik arloji yang jarumnya berputar makin cepat menjauhi angka 09.00 wib. Tentu ini hanya dialami oleh kawan-kawan yang beraktivitas di sepanjang jalan Hajjah Rangkayo Rasuna Said (ada yang baru tahu nama lengkap HR Rasuna Said, ya?). Daaaan, kembali ke laptop...!! Kawan-kawan perhatikan foto di atas ini. Bukan betapa lengang arus kendaraan ke utara ke arah Menteng (Jak-Pus), meski ini juga tergolong pemandangan langka pada jam sibuk sepagi tadi. Bukan tentang umbul-umbul yang berjejer di sebelah kanan itu, entah parpol atau balon (bakal-calon) mana yang sedang curi start itu..entahlah... Mari menengadah ke langit. Eh, maaf..kawan-kawan tak perlu menengadah karena layar laptop/hp ada di hadapan kawan-kawan, atau sedikit menunduk ke pangkuan ya..hanya aku yang tadi pagi mengabadikan awan itu yang sedikit menengadah.. Aduh, melantur lagi. Aku sudah unggah foto ini ke laman Facebook dan men-tag kawan-kawan di situ. Aku memberi keterangan dalam bahasa Inggris yang maksudnya "kura-kura putih menggantung di langit Jakarta pagi ini". Kira-kira begitu terjemahan atas kata-kata bahasa Inggris belepotan yang aku ketik pada keterangan foto itu. Benar kan, kawan-kawan...awan putih itu seperti kura-kura berwarna putih yang lagi terbang melintasi Jakarta. Itu kura-kura Jokowi atau kura-kura Ahok ya? Ehh, maaf..lagi ngetrend untuk dipelesetin ke situ. Hehehe. [caption id="" align="alignright" width="250" caption="Gary ini warna pink, kan?"][/caption] Ada banyak komentar dari teman-teman FB di situ. Kawan Litani malah tidak se-pengelihat-andenganku (iya sih, iya tidak ikut melihat langsung tadi pagi..hehehe), dan secara mengejutkan (seperti petir akhir-akhir ini..) menamakan awan itu "Gerry". GERRRRY...?? Ada yang ngerti maksud beliau itu? Maksud beliau adalah Gerry siput (dalam bahasa aslinya alias Inggris ditulis "Gary the snail") hewan peliharaan si SpongeBob SquarePants. Astaga...kenapa si Litani meyelam ke Bikini Bottom ya? Coba kawan-kawan perhatikan foto di samping ini.  Si Garry berwarna pink, dan tentu saja bukan putih...iya, kan? Ehh, malah ngajak debat ya.. :) [caption id="attachment_177567" align="alignleft" width="448" caption="Penyu hijau (Green sea turtle) ini warna hijau, kan? Sumber foto: animalspedia"][/caption] Kawan berikut yang berkomentar adalah Renata (yang punya peternakan ikan lele di Purwokerto..*info gak relevan*). Menurut dia, awan itu mirip PENYU. Nahh, pemirsaa...pe-pe-pe-pe-pemirrsaaa...setujukah kawan-kawan dengan mbak Renata ini? Penyu memang masih saudara sepupu si kura-kura (gak pakai ninja..), tetapi juga tidak putih (*maksaa*). Lebih tepatnya, penyu itu jenis kura-kura, yaitu kura-kura laut yang ternyata sudah ada sejak jaman dinosaurus. Info ini menurut mbak Wikipedia, lho..dan sedikit gak relevan dengan keseluruhan postingan ini. Ahh, tidak juga... *monolog*  Jadi pemirsaaa... (virus @bukan4mata inii...), kalau penasaran sama wajah Renata, ehh..ralat...maksudnya kalau belum pernah lihat penyu, nahh ini foto penyu hijau di atas. Jadi sudah ada tiga interpretasi atas segumpal awan itu: kura-kura, penyu, siput. Dan sekonyong-konyong segumpal humor ala papua yg biasa disebut mob melintas di langit memori jenaka-ku (hadeuh...majas tak elok!). Dikisahkan, dua pace (laki-laki) berdebat hebat di pinggir pantai di ujung muara, berdiri berhadap-hadapan dan di antara keduanya teronggok seekor reptil berpunggung keras yang tertangkap pukat ikan. Sepertinya setting kisah ini di sekitar Manokwari, Papua Barat, yang hanya sempat aku lihat lokasinya dengan bantuan Google Earth, itupun banyak tertutup awan-awan gelap..hehehe. Yang satunya ngotot menyebut kura-kura, dan yang lain berteriak penyuuuu....!!! Sebelum perdebatan mereka mendidih jadi pertengkaran, lewatlah malaikat damai dari suku Arfak (suku di pedalaman Manokwari), yang sedang berjalan tak jelas, antara mengagumi pantai Pasir Putih ataukah sedang tersesat di jalan pulang ke pedalaman? Hehehe. Beliau itu, yang setelah perkenalan singkat ternyata kepala suku Arfak itu (maaf pace, ini mob saja e, jangan tersinggung kalau betul oo...hehehe), diminta jadi wasit (what? is this soccer match? *abaikan*). Beliau harus putuskan menyebut binatang itu kura-kura atau penyu! Wahh, tugas yang sangat berat untuk pace kepala suku yang ternyata (ssst..rahasia) baru melihat binatang itu untuk pertama kalinya. Jadi beliau ini seperti Howard Webb yang seumur hidupnya tak pernah nonton permainan sepakbola dan mesti jadi wasit pertandingan antara Shakhtar Donetsk vs As Roma !! Hasilnya? Howard Webb memberi kartu merah untuk Philipe Mexes dan As Roma mesti main dengan 10 pemain saja dan kalah telak 3-0 dari tuan rumah, dan tersingkir dari arena Liga Champions pada Maret tahun lalu. Ahh Howard Webb !! Maaf atas ketidaknyamanan kawan-kawan yang membaca "kisah yang tertukar" ini. Kita saksikan (lebih tepatnya membaca) berikut ini apa yang dilakukan oleh pace dari Arfak. Beliau bingung, itu kura-kura atau penyu? Dia belum pernah lihat. Jadi, beliau memutuskan menolak klaim kedua pihak, klaim kura-kura ditolak, begitupun penyu. Beliau juga sedikit khawatir, jika memilih kura-kura, maka pace pembela penyu pasti akan menghajar dan membuang beliau ke laut (dan dia gak bisa berenang!). Sebaliknya, jika beliau memilih penyu, maka si kura-kura ninja bakal mengubur beliau hidup-hidup di bawah tibunan Pasir Putih. Ohh simalakama. Lalu beliau teringat ayam di kampung, "ayaaaamkuuuu...." Ehh, maaf...barusan iklan lewat. Seperti halnya sinetron, kisah dalam Kompasiana juga boleh lah dipenggal kapan saja iklan gratis mau lewat...Hehehehe. Jadi beliau menolak klaim kedua nelayan itu. "Lalu...ini apa sudah pace...???", kedua nelayan itu beralih menghardik si kepala suku. Dengan enteng si kepala suku mengetuk palu, ehh maksudnya memutuskan, "...ini udang...!!!" Gubraaaakkk...kedua nelayan itu pingsan dengan sukses. Mob sekian. Mari kita kembali ke interpretasi atas foto di atas. Ada kawan sejak SMP, seorang wartawan di Bandung yang berjudul Tarsisius rupanya memiliki interpretasi yang sedikit porno. Menurut (menurut pengakuannya sendiri) adik sepupu Steven Gerrard ini, gumpalan awan itu mestinya diberi judul, "Pria dilarang kencing sembarangan." What is the maksud? Dia balas koment, "..perhatikan bentuknya kalau diperkenankan ada interpretasi lain dari awan ini.." Astagaaa, apakah itu tampak seperti saluran pembuangan milik laki-laki yang tergantung di udara dan mengguyurkan hujan akhir-akhir ini? Si Tarsi kabur sebelum sempat aku laporkan ke Komisi Pemberantasan Keliru (KPK) Interpretasi, sambil ber-hahahaha dia koment "...gara-gara awan yang tak berdosa.." Nah, apa hubungannya dosa awan dengan kura-kura atau penyu atau pen__ *sensor* ?? Foto memang multi-tafsir. Barangkali karena ia telah menghentikan sebuah kejadiaan atau peristiwa atau sesosok atau apalah pada sebuah titik bisu. Karena tak bergerak, kita lebih mudah menangkap banyak hal di dalam sebuah foto atau potret. Hal-hal yang sulit ditangkap saat potret itu masih merupakan kejadian yang terus bergerak dalam ruang dan waktu. Bahkan dalam rentang waktu dalam sehari ini saja sudah ada 4 hal yang tertangkap dari potret ini. Besok barangkali ada lagi. Dan setelah tahun demi tahun berlalu, potret ini akan menjadi seperti sepenggal lirik lagu Jamie Cullum "Photograph" ___ "and it's just another story caught up in another photograph I found.."

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun