Mohon tunggu...
Pianologi
Pianologi Mohon Tunggu... Pengacara - Suka numerology

__ sedang menunaikan ibadah mengetik kata.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bapak Beli Pesawat Baru

12 Februari 2012   01:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:46 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Pesawat baru punya Bapak yang baru datang tahun depan (Foto: Antara)"][/caption]

Wahh, Bapak sekarang punya pesawat bagus ya? Harganya sampai 91 juta dollar ya..kenapa pake dollar sih pak? Kenapa nggak pakai rupiah saja? Ohh, karena belinya ke Amrik ya Pak, bukan ke Bandung gitu. Pak, kalo duit segitu banyak dibagi2 buat kami 30 juta warga miskin sih cuma kebagian 3 dollar tiap orang..Yaa..sekitar 27 ribu rupiah saja tiap orang, cukup untuk 3x makan sehari. Tapi Bapak nggak usah bagi-bagi bantuan langsung tunai gitu. Masih banyak alat transportasi umum yang perlu uluran bantuan dari Bapak. Juga jalan-jalan kami yang masih banyak bolongnya di seluruh pelosok nusantara ini. Om Emirsyah bilang selama ini Bapak nyewa pesawat punya mereka. Tapi beliau itu kan saudara kita. Jadi kalo Bapak nyewa sekitar 18 juta dollar setiap tahun ya duitnya nggak kemana2 kan Pak. Istilahnya keluar kantong kiri masuk kantong kanan. Om Emir sampai galau lho Pak. Katanya pesawat Garuda bakal kehilangan pendapatan dalam jumlah besar karena Bapak milih beli yang baru dari Boeing punya Mister Obama. Bapak mau nyaingi si mantan anak Menteng itu ya? Waduh Bapaaaakk..beliau kan udah kaya raya di Amrik sana, orang2 di sana juga sudah pada sejahtera, jadi wajar kalo presidennya pake pesawat bagus dan punya sendiri. Apa bapak nggak malu sama koko Hu Jintao dari China yang pe-de pake pesawat rental dari Air China. Aku juga heran, kenapa baru sekarang Bapak ngotot beli? Ini kan Bapak udah mau pensiun, dan nanti cuma bapak pake sekitar 14 bulan saja sebelum kursi Bapak serahkan ke Ibu. ehh, maaf..gosip2nya gitu sih Pak. Kalo nggak Ibu ya Mas kurus yang gantiin Bapak. Gosip lho, Pak. Ini lagi rame lho di Senayan. Om dan tante di sana sibuk beli ini-itu padahal udah mau pensiun semua. Kenapa Bapak jadi latah mau beli yang langsung super gini? Iya sih aku ngerti Bapak butuh supremasi udara punya sendiri. Tapi ya menurutku tidak patut untuk kondisi kami yang 30 juta orang yang belum sempat sekalipun naik pesawat murah punya Singa Udara yang suka ngetem kayak metromini udara itu. Pak hitung-hitung beli sama sewa ini seperti apa sih? Sewa aja dulu dong, kan duitnya masuk kantong kita sendiri. Atau hanya karena Garuda sudah dijual sekitar 27 persen ke publik maka rasa memiliki Bapak pada perusahaan kita ini mulai berkurang? Atau sengaja dijual ke publik biar rasa nggak enak-nya berkurang kalo nggak sewa lagi dari Garuda? Aduh, kami ini lagi pusing lho hitung harga BBM yang sebentar lagi mau Bapak naikin lagi, lagi pusing hitung jumlah bis umum yang kecelakaan akhir2 ini. Bapak aja yang uenak sendiri nanti, dapat fasilitas super mewah dalam pesawat baru, sementara kami berhimpitan bau di kereta ekonomi yang super ekonomis fasilitas dan kondisinya. Malah kami mulai cemas, jangan2 Bapak nanti makin tinggalin kami merayap di tanah sementara Bapak makin sering berasyik di udara saja. Kami akan punya presiden udara dong. Yang gantiin Bapak nanti jangan2 lebih sering di udara ketimbang di darat dan laut. Sudah telat sih. Kami telat info, Bapak udah diam2 beli, dan Om-tante di Senayan udah diam2 setuju beli. Wahh, makin bertambah daftar belanja Bapak dan Ibu yang diam2 dan telat kami protes karena udah keburu transaksi. Tentu kami juga yang malu kalo Bapak tiba2 batalin atau minta balikin duitnya dari Boeing. Itu hil yang mustahal memang. Ya kami hanya bisa kecewa saja. Kecewa sekecewa-kecewanya. Bapak tega setega-teganya...sama kami smua 237 juta yang mau berjalan maju tapi tetap di belakang pimpinan Bapak. Pak, karena sudah terlanjur beli, ya sutralaahhh. Tapi kami nanti boleh numpang nggak? Kan Bapak nggak setiap hari pesiar di udara. Kami boleh dong sesekali minjem. Kan belinya pake duit bersama. Pake-nya sama2 juga dong. Atau kalo Bapak jijik sama kami yang mungkin jorok kalo naik pesawat Indonesian Air Force, ya gimana kalo Bapak sediain dana secukupnya biar bis dan kereta kami lebih layak naik dan layak jalan. Biar nggak rem blong kayak punya Karunia Bhakti atau Sumber Kencono lagi. Nanti di udara jangan lupa pake sabuk keselamatan ya Pak. Selamat menunggu pesawat baru, semoga ada semangat baru untuk gunakan sisa masa jabatan Bapak ngurus negeri kita ini sebaik-baiknya. Jangan lupain kami saat sudah tinggi di atas sana. (Salemba, 12 Feb 2012.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun